Beribadah Karena Mengharap Surga dan Takut Neraka

Assalammualaikum ya ahlil steemit...

Terbangun pada jam segini bukanlah karena sesuatu hal buruk, tapi hanya karena hampir terbiasa lantaran sebulan penuh sahur untuk berpuasa di bulan Ramadhan.

Ada hal yang menggelitik hati beberapa minggu lewat dari postingan salah seorang sahabat lama @sangdiyus, namun baru di waktu ini tergerak hati untuk membahasnya.

image
Image link

Lama sudah postingan beliau berlalu, tapi bukan tak mungkin untuk membahasnya. Jadi beliau membahas yang pada intinya ibadah dengan ikhlas tanpa hitung-hitungan, beribadahlah dengan ikhlas tanpa mengharap pahala yang mengantar ke surga apalagi beribadah karena takut neraka, begitulah sekiranya walau beliau sekonyong-konyongnya menulis dengan gaya dialog.

Pernyataan ini sungguh indah dan seakan-akan benar, namun ketahuilah ini pernyataan serius menjerumuskan. Terkadang kata-kata indah dapat membius tak sadarkan diri.

Kita yakin dan percaya Al Quran adalah kalam Allah atau firman Allah, bagaimana kita menafikan "perkataan" dari Tuhan semesta alam. Beribadah semata-mata karena mencintai Allah katanya begitu, surga dan neraka itu urusan Allah. Bagaimana kita tau mana yang buruk dan mana yang baik jika tak mendapat petunjuk dari Allah, tentu saja dari Al Quran, yang juga disebut Al Furqan pemisah yang baik dan yang batil.

image
Image link

Jika anda adalah seorang pencipta mesin cuci tentu anda akan membuat buku manual penggunaannya "manual book" agar orang lain dapat juga menggunakannya. Allah sebagai pencipta langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya termasuk manusia tentunya, maka Allah menurunkan Al Quran sebagai "manual book" agar hambanya tau cara menggunakan hidupnya.

Setiap umat muslim tentu ada kitab Al Quran dirumah tinggal dibuka dan baca, terjemahan dan tafsirnya, bagaimana Allah perintahkan untuk takut neraka, "takutlah neraka karena bahan bakarnya dari batu dan manusia" dan Allah juga menjanjikan pahala untuk segala bentuk ibadah, walau sebesar biji sawi, dan barang siapa yang mengerjakan perintah Allah balasannya surga, ini janji Allah. Surga dan neraka telah tercipta kenapa ada kata "seandainya surga dan neraka tak pernah ada apakah manusia tetap sujud" ini peryataan sok puitis lagi menentang Allah.

Berhubungan sosial antara manusia atau ber-muamalah juga ada tertera di dalam manual book, Al Quran, yang menentukan juga ya Tuhan semesta alam, jika ukurannya itu manusia ya tentu saja tidak mungkin, baik menurut manusia belum tentu menurut Allah. Panggilan Allah juga bukan manusia (umat Islam) yang buat-buat, tau darimana umat islam paggilan Tuhan itu Allah, tentu saja dari Al Quran dan hadist Rasulullah. Terkadang umat islam Indonesia ini sok malu-malu menyebut panggilan Allah, entah karena sok pluralisme, entah sok toleransi entahlah, umat islam indonesia lebih suka memanggil dengan sebutan Tuhan daripada Allah.

image
Image link

Mengharap pahala dalam ibadah tidak merusak keikhlasan, karena ibadah dan pahala satu kesatuan (sepaket) begitupun berbuat dzalim sepaket dengan dosa. Bagaimana pula kita memilah apalagi memisah-misahkan hal tersebut, takut neraka juga adalah perintah Allah. Lantas ada pernyataan "surga dan neraka adalah hak prerogatif Tuhan" jadi kita tidak boleh berbicara si fulan di neraka dan si fulan di surga, sungguh konyol sesungguhnya. Di Indonesia lucu, saat ada orang berbicara tentang surga dan neraka kebanyakan di bully, di olok-olok, dan semacamnya apalagi berbicara tentang agama, maka hujatanlah yang diterima sok alim sok suci dan sok-sok yang lainnya.

Kita telah diberi petunjuk untuk mengetahui golongan penghuni surga dan neraka, kafir dan munafik pasti di neraka, yang punya surga dan neraka yang bilang bukan ustadz ini dan ustadz itu, Allah yang katakan "berfirman" apakkah kita bisa pungkiri?! Ibadah semata-mata karena cinta kepada Allah tetapi pungkiri firman ganjaran pahala dan surga dari dzat yang dicintai ini sungguh konyol.

image
Image link

Ada apa dengan ibadah hitung-hitungan, bukankah setiap perbuatan itu memang dihitung baik perbuatan baik dan buruk semua ada ganjarannya, Al Mizan nanti semua akan dihitung. Ibadah di sebuah tempat juga dihitung, untuk mengetahuinya juga wajib ada dalil, sholat di Masjidil Haram dan Madinah lebih afdol misalnya. Bukan di kuburan syekh anu dan syekh anu atau di tempat keramat anu dan keramat anu, semua butuh dalil dan semua adalah hitung-hitungan. Surga dan neraka juga memiliki tingkat-tingkat sesuai dengan hitungan bagi penghuninya.

Jika ada perselisihan diantara umat kembali kepada Al Quran dan Hadist, jelas sekali itu. Tidak berandai-andai tidak bermain kata-kata, tidak pula berhayal.

Wallahu alam bishawab...

Buruj ck

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now