Book #16 : Anak Rantau Karya Ahmad Fuadi

Dear steemit friends,

20180505_211106.jpg

Cerita petualangan yang mengisahkan tentang anak-anak memang tak pernah ada habisnya untuk dijadikan topik utama dalam sebuah novel. Salah satunya adalah cerita anak rantau yang menampilkan Hepi, anak berusia lima belas tahun menjadi tokoh utama dalam cerita apik karya Ahmad Fuadi. Mungkin sudah banyak steemians yang membacanya, karena novel ini sendiri terbit pertama kali sekitar tahun 2017. Tapi bagi steemians yang belum membaca dan berniat ingin membelinya, saya akan berbagi sedikit cerita pengalaman yang saya dapatkan bersama novel ini.

Anak rantau mengambil setting tempat di kampung Tanjung, Ranah Minang, Sumatera. "Alam terkembang menjadi Guru," adalah sebuah kalimat yang beberapa kali disebut dalam buku ini. Sebuah kalimat yang juga menggambarkan betapa kerasnya kehidupan di Jakarta, yang meski telah dipenuhi dengan fasilitas memadai, ternyata belum bisa membuat Hepi, seorang anak piatu menjadi anak yang patuh. Kurangnya perhatian dari ayahnya yang sibuk bekerja juga menjadi pemicu utama, anak yang masih duduk di bangku SMP ini menjadi anak yang nakal.

20180505_211208.jpg

Raport kosong adalah salah satu bentuk protes perhatian yang ingin dia rebut kembali dari ayahnya. Hepi tidak mengisi sama sekali lembar ujiannya, raportnya dia biarkan kosong. Itulah yang membuatnya tidak naik kelas. Sebuah kejadian yang telah membuat amarah begitu besar pada diri Martiaz, ayahnya. Hatinya berkecamuk antara perasaan amarah dan penyesalan.

Novel anak rantau adalah pelajaran tentang kehidupan. Bahwa di lingkungan dengan fasilitas yang jauh dari gemerlapnya kota besar, justru bisa menjadi guru yang mampu membuat Hepi menjadi anak yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Alam telah membuat amarah serta perasaan rindu-dendam karena telah ditinggalkan oleh ayahnya di kampung sirna. Bahwa ada jalan mulia untuk keluar dari belenggu amarah dan dendam, yakni maafkan, lalu lupakan (Pandeka Luko).

20180505_211034.jpg

Puisi yang ditulis oleh Pandeka Luko, salah satu tokoh dalam novel ini :

Merdekakan jiwa
Merdekakan pikiran
dari penjajahan pribadi yang kita buat sendiri-sendiri
dari amarah dan dendam
maafkan, maafkan, dan maafkan
Lalu mungkin lupakan.
(Ahmad Fuadi, 2017).

Saat membaca novel ini kalian seolah-olah ikut merasakan kembali bagaimana asyiknya menghabiskan masa kanak-kanak di sebuah pedesaan, seperti keseruan pengalaman yang didapatkan Hepi bersama dua kawannya, Attar dan Zen yang bahkan telah menjadikan mereka "pahlawan di kampungnya." Menggunakan bahasa yang mudah dipahami, novel ini menjadi bacaan yang menarik untuk menghabiskan akhir pekan kalian. Apakah kalian tertarik membacanya? Selamat membaca!



20180505_215842.jpg

Salam hangat,
@yulimia

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now