Hidup Sejatinya Hanyalah Tentang Menunggu Waktu Sholat

Sekian lama aku menunggu
Untuk kedatanganmu
Bukankah engkau telah berjanji
Kita jumpa di sini
Datanglah, kedatanganmu kutunggu
Telah lama, telah lama , ku menunggu

Ramai orang mengenal syair lagu di atas. Lagu yang dinyanyikan dengan sangat apik oleh Rhido Rhoma. Namun di tulisan ini saya bukan akan membahas lagu cantik itu.

PSFix_20180502_082020.jpeg

Bagaimanapun keadaan kita, mau sedih, bahagia, waktu tidak pernah berhenti menunggu. Waktu tetap berjalan.
(Sumber: Rindu, Tere Liye)

Menunggu adalah sebuah pengharapan yang teramat sangat untuk datangnya suatu hal yang sangat diidam-idamkan. Salah satunya adalah menunggu datangnya waktu sholat.

Di antara orang yang berbahagia dengan permohonan ampun dan do’a para Malaikat adalah seorang hamba yang duduk di masjid untuk menunggu shalat dalam keadaan berwudhu’.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah seseorang di antara kalian duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, melainkan para Malaikat akan mendo’akannya: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah, sayangilah ia."

Bagi sebagian orang, kerja itu adalah selingan sambil menunggu waktu sholat. Memang belum banyak yang berpandangan seperti itu tapi itu memang nyata adanya. Dan hanya manusia- manusia yang berkeimanan kuatlah yang manpu mempunyai ideologi seperti itu.

Saya punya tetangga, beliau seorang pensiunan PNS. Masa mudanya tidaklah teramat religius, sama seperti muslim lainnya di lingkungan kami. Beberapa tahun sebelum masa pensiunnya datang hidayah menghampiri. Beliau juga mengajak semua keluarganya berhijrah. (Termasuk tetangganya juga sering disentil... heheehe. Iya saya sangat sering diajak untuk talibul ilmi di majelis taklim dimana beliau menimba ilmu)

Beliau memulai semua dari awal, walaupun beliau orang yang sangat dihormati di kampung kami tapi tak pernah malu bergaul tolabul ilmi bahkan bersama ibu-ibu belajar membaca Al Qur'an dari mengenal huruf. Beliau dan istrinya menjadi menjadi penggiat banyak kegiatan di masjid kami.

Setelah hari pansiunnya benar-benar datang maka bagi beliau hidup itu seperti menunggu waktu sholat. Tak pernah sekalipun sholat di masjid di tinggalkan kecuali dengan uzur. Bahkan saat sakit pun akan berusaha tetap datang. Dan dalam beberapa kali kesempatan selalu mengatakan bahwa hidup itu hakikatnya hanya menunggu waktu sholat.

Maka tidaklah selamanya menunggu itu akan sia-sia. Tidak selamanya menunggu itu menghabiskan waktu.

Taiwan, 2 Mei 2018
IMG-20180327-WA0018.jpg

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now