Catatan Pencari Rejeki di Metropolitan

Baca IG story salah satu teman kantor, bunyinya:

"Kerja pagi-malam. Uang habis, waktu tak tahu ke mana. Kesehatan menurun, keluarga berjarak. Sama diri sendiri makin terasa asing,
Sebenarnya apa sih yang dicari?"

It's deep and sad
Apakah aku akan menjadi seperti itu? tidaaaaakkk

Lalu kemarin ketemu teman alumni LPDP yg mencari rejeki d ibukota. Salah satu hasil diskusinya:
"Kita sering kumpul-kumpul ya sesama alumni LPDP, biar banyak yang didiskusikan dan menjaga mental kita tetap sehat"

Dayyuum, segitu membuat mental tidak sehatnya kah kehidupan di Jakarta?

Lalu ngopi sama salah satu teman kerja dari hari pertama, yang sudah berkeluarga. Curahan hatinya:
"Di sini kerjaan tu bikin stress. Dan gua kerja tu kalo stress bawaannya bawa mobil ugal2an, istri kadang gw bentak. Lama2 bisa sakit gua" (Sambil pernah ngaku dia asam urat dan kolesterolnya tinggi di usia under 30 akibat stress membawa dia ke gaya hidup yang tidak sehat)

Meanwhile di Bandung, ketemu teman lama, salah satu komentarnya adalah begini:
"Wah maneh asik ya kerja di Jakarta, gajinya gede, dikasi mobil. Aing mah gini-gini aja di Bandung"

YES IT IS CONFIRMED! Teori bahwa rumput tetangga lebih hijau benar a

Cerita lain: Ketmu tman lama, sekarang punya usaha sendiri d bidang kreatif, karyawan 5, bisa beli rumah+mobil. Dia bilang:
"Aing udh blg k istri aing, 3-5 thn lagi mau quit usaha ginian, mnding jual beras ama elpiji. Stress ngurus ini itu mah"

Another theory confirmed: Punya uang banyak blm tentu bahagia

Meanwhile, di sudut sebuah universitas di sana:
"Aaah kesel sama skripsi! Gue pengen cepet-cepet lulus, pengen cepet kerja aja gak stres, punya duit sendiri"

Ketawain gak nih? Ketawa tapi dalam hati menangis kita

Kita merasa "lelah" bukan karena banyak melakukan hal ini-itu. Tapi karena kurang melakukan hal yang menyalakan "spark" dalam diri kita

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center