Pointers untuk Artikel Opini

Tulisan ini hadir demi melihat gejala penulis-penulis di Steemit yang menulis artikelnya dengan cara membuat pointers.

IMG_20171008_155413.jpg

Bagi saya ini mungkin kecelakaan sejak ditemukan teknologi Power Point dalam presentasi. Sejak teknologi short cut itu ada, orang tak lagi membuat makalah atau paper tapi hanya memainkan efek psikologi visual dalam wujud bulkonah (bulat, kotak, dan panah). Peradaban literal punah pelan-pelan.

Bagi penulis, membuat presentasi seperti itu menyesakkan. Salah satu pemikir Indonesia yang tak suka dengan Power Point adalah Daniel Dhakidae, mantan Litbang Kompas. Salah dua yang juga tak suka dengan presentasi Power Point adalah Yudi Latif, Ketua Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).

Makanya, membuat Pointers dalam artikel adalah mematikan dan memiskinkan opini Anda. Daripada menjejer pointers terlalu banyak, yang bisa jadi copy and paste dari belantara dunia maya, lebih bagus menarasikan atau menggambarkan dua-tiga poin penting saja yang menurut Anda cocok. Dari situ air kata-kata dari sumsum pikiran Anda diuratkan, didagingkan, dan didarahkan.

Tentu tak ada yang bisa memaksa Steemians. Namun jika Anda malas dan hanya membuat pointers dalam tulisan, yakinlah budaya Steemit tidak akan bergerak menjadi tradisi literasi baru. Dunia stagnan akan kembali menghampiri.

Tulisan menjadi hidup dengan narasi. Informasi terhimpun dengan deskripsi. Pilihan diksi dan metafora yang Anda seleksi akan menjadikannya mempribadi. Tulisan itu menjadi Anda.

8 Oktober 2017


KSISTEE.gif

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center