Siapakah Kreator Konten yang Akan Bertahan?

IMG20180407130415.jpg

Ketika robot lebih pinter dalam melakukan apa yang bisa dilakukan oleh manusia maka hanya ada satu pekerjaan tersisa. Apa itu?

Sejak dulu yang kita tahu manusia hanya punya dua hal yang bisa diandalkan dalam hidup ini. Satu hal dimiliki oleh hewan lain, dan satu hal lagi juga ada pada hewan lain. Hanya saja dari dua hal itu ada yang tidak bisa dilakukan, meski oleh hewan yang Gen-nya dekat dengan manusia, gorilla misalnya.

Kita sebut saja dua hal itu sebagai modal, yaitu fisik dan akal. Semua hewan, termasuk hewan cerdas manusia, bisa melewati hidup ini dengan fisik. Buktinya, sampai saat ini manusia dan hewan lainnya masih ada, hidup berdampingan dengan kita, walau ada yang terpisah secara nyata, seperti manusia hidup di kota sedangkan hewan hidup di belantara. Tapi, di belantara juga ada manusia, dan di kota juga ada hewan.

Manusia dan hewan juga sama-sama memiliki kecerdasan. Jika tidak, sudah pasti tidak ada lagi hewan dan hanya ada manusia dalam sejarah evolusinya. Begitu cerdasnya, manusia masih bertahan dan makin maju, sekalipun telah melewati musim perang yang muncul silih berganti, sejak perang dengan tombak hingga perang dengan senjata tercangih saat ini.

Begitu pula hewan, meski dari waktu ke waktu terus bertempur satu dan lainnya, juga masih ada sampai saat ini, meski secara jumlah lebih banyak berkurang, dan itupun karena ulah manusia pemburu binatang.

Lalu, apa yang membedakan manusia dengan hewan jika keduanya memiliki modal fisik dan kognisi? Mengutip penjelasan Yuzal Noah Harari, sejarawan dari Israel, perbedaan manusia dan hewan adalah pada kemampuan berkerjasama secara luas dan imajinisasi.
Hewan, dari dahulu kala hanya mampu bersama dalam kelompok kecil, sedangkan manusia dengan segenap sejarah konflik dan perangnya sudah mampu mencapai era baru yang memungkinkan semua bisa berkerjasama, dan bahkan ada lembaga-lembaga yang bisa memimpin dunia.

Tentu saja yang membuat ini semua bisa terjadi adalah imajinasi manusia. Kita dengan modal akal atau kognisi mampu membayangkan suatu masa depan yang utopia meski pada prakteknya yang kita dapati adalah masa depan yang lebih banyak distopia.

Bukan hanya itu, masih mengutip pikiran Yuzal Noah Harari, kita juga berhasil menghadirkan uang yang berdasarkan kekuatan imajinasi kita sepakat bersatu, berkerjasama, dan bahkan bersedia menerimanya padahal kita barangkali sedang bertengkar, berkonflik, dan bahkan berperang.

Sekarang, setelah era imajinasi tentang uang fisik makin lemah legitimasinya, kita juga berhasil berpindah ke era uang digital/kripto dan semua dari kita meski sedang berbeda terus berusaha mendapatkannya, termasuk ada yang berupaya mereduksi keberadaan orang lain, atau bahkan mendistruptif komunitas. Kita bersatu atau bertengkar, diam atau terang-terangan menerima Steem, tidak ada yang memilih decline.

Sambil kita terus bertengkar, barangkali ada yang perlu kita pikirkan. Apa itu? Berkat kecanggihan teknologi, termasuk di dalamnya soal data, kini sudah hadir robot-robot dengan kecerdasan buatan. Bahkan kini sudah ada robot humanoid yang bisa menjadi teman, bahkan pernah mengancam akan menghancurkan manusia, terakhir robot humanoid bernama Sofia itu bahkan sudah diangkat sebagai warga Arab Saudi.

Kembali ke pertanyaan di atas, jika semua robot cerdas sudah bisa melakukan bahkan yang tidak bisa atau susah dilakukan manusia maka pekerjaan apa yang tersisa bagi manusia?

Kini, manusia dengan pengaruh algoritma bahkan sudah berhasil mendeligetimasi kebenaran dalam hati. Ajakan untuk ikuti kata hatimu sudah digantikan dengan ikuti kata mesin canggih yang dibangun dengan algoritma.

Begitu canggihnya, kini juga sudah ada mesin jurnalistik yang mampu membaca semua data yang tersebar di media sosial dan dengan kecerdasan mesin jurnalistik mampu menulis ribuan artikel dalam waktu yang singkat.

Kalau sudah begini, manusia bisa melakukan apa? Jawabannya manusia bisa menjadi kreator konten dengan sentuhan kecerdasan emosional. Ini bukan bermakna menulis dengan marah-marah, protes sana dan protes sini, lantak sana dan lantak sini. Ini adalah kerja kreator konten yang bertumpu pada kekuatan kebersamaan dalam komunitas. Percayalah, meski Sofia berjenis robot humanoid mampu menjadi teman bagi manusia mereka tidak akan bisa membangun kebersamaan dalam komunitas.

Untuk itu, sejak dini hanya ada satu pilihan, tetaplah menjadi manusia yang mampu berkerjasama dalam komunitas yang lebih besar, bukan komunitas yang makin kecil, apalagi yang hanya pintar memakan yang kecil. Untuk yang terakhir ini adalah mental ekosistem ikan dimana hukum dasarnya adalah ikan kecil dimangsa oleh ikan besar.

Siapa kreator konten yang bakal bertahan dalam penggambaran di atas? Saya punya keyakinan, mereka adalah kreator konten yang menerapkan jurus Aikido, bukan jurus keroyokan, apalagi pakai ilmu hitam, dan ilmu kanuragan curang.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center