SEPUCUK SURAT UNTUK MAMA

Hai mama. Bagaimana kabar mama sekarang? maaf, baru hari ini aku memberanikan diri untuk menyapa mama kembali, setelah berbulan-bulan kita tak bicara dan aku pergi dari rumah.

Bolehkah aku jujur mama? aku belum sangup kembali setelah pertengkaran kita dulu. Mungkin aku terlalu sensitif dahulu, namun sampai sekarang rasa sakit itu masih tertusuk tajam di dada. Aku bahkan masih ingat setiap detail peristiwa itu. Ketika itu satu bulan sebelum wisuda, aku begitu panik dan frustasi karena laporanku tak kunjung mendapat acc dari dosen. Aku tak sangaja memakai handphone mama untuk menelfon dosenku dan teman-teman. Mama marah, mama memaki- maki aku dengan kata-kata kasar.

Bolehkah aku bertanya mama? sebegitu berharganyakah pulsa mama dibandingkan aku?. Aku mengerti dan sangat mengerti bahwa aku berhutang banyak sama mama. Tak akan habis aku bayar hingga detik ini. Kata-kata itu seakan mencambukku hatiku hingga tak tersisa lagi.

Hal itu yang membuatku pergi, karena merasa hanya menjadi beban untuk mama. Aku sangat bersyukur kepada Allah karena mengebulkan permintaanku,pergi keluar agar sukses dan bisa melunasi semua hutangku walaupun sebenarnya tak akan pernah habis.

Aku ingin mama mengerti, apa yang aku kerjakan dulu untuk membanggakan mama. Aku pergi agar tidak menjadi beban lagi.

Mama, ketahuilah, tak terhitung jumlahnya keinginanku untuk pulang, namun aku terlalu takut menyadari bahwa aku masih menjadi beban.

Untuk itu mama
Teruslah sehat seperti sekarang, teruslah bahagia seperti sekarang, agar aku selalu bisa mencicil hutangku.
Maafkan aku juga, Ma. karena aku tak akan kembali.

Dari
Anakmu yang durhaka

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center