Eksistensi Kaum Perempuan di Steemit

Judul kali ini agaknya tepat untuk menggambarkan, atau mungkin mempertanyakan bagaimana eksistensi perempuan di kancah media sosial Steemit ini.

Berawal dari kegalauan saya, yang sudah selama 112 hari ini, menjalani lika-liku di dunia Steemit ini. Ntah hanya saya yang merasakannya, atau adakah yang lainnya merasakan hal sama pula? Bahwa agaknya, perempuan, kurang bereksistensi di media sosial ini.

Saya mengamati ini terutama sekali di lingkup komunitas tempat saya tergabung. Memang sudah ada banyak sekali akun Steemit yang penggunanya adalah kalangan perempuan. Namun tentu punya akun saja belum bisa menggambarkan seberapa besar eksistensi penggunanya itu.

Di wilayah Barsela, dari sekian banyak perempuan yang punya akun Steemit, hanya sebagian kecil saja yang konsisten dan aktif menggunakannya. Ada beberapa pengguna yang menurut saya cenderung lebih aktif dari lainnya, seperti kak @yellsaints24 @yettiphonnayani @nuryriana @fardelynhacky. Dan sebagian besar lainnya? Mungkin bisa dihitung berapa kali postingannya muncul dalam sebulan. Bahkan ada yang tersendat di postingan perkenalan saja.

Tentu saja saya tidak menyalahkan soal seberapa seringnya kami Steemians perempuan, muncul dalam linimasa feed media ini. Ini adalah hak pribadi setiap Steemians. Hanya saja, saya mencoba menangkap fenomena yang muncul. Apalagi jika perihal eksistensi Steemian perempuan ini dibandingkan dengan kalangan Steemian laki-laki yang cenderung lebih populer dan aktif di media sosial ini.

Jadi, ada apa? Mengapa hal ini bisa terjadi

perempuan.jpg
sumber

Sejauh ini saya hanya bisa berasumsi dan menduga-duga, mengenai penyebab kurangnya partisipasi dan eksistensi Steemian perempuan di media ini. Mungkin karena masalah kurangnya ide (hal paling umum terjadi), kesibukan, atau memang karena faktor status sosial yang menghambat mereka untuk kurang dapat meluangkan waktunya di sini.

Untuk hal ini, saya agaknya tertarik melakukan kajian lebih jauh. Menggali dan menemukan, penyebab mengapa eksistensi perempuan, di ranah literasi bisa sangat minim bahkan hingga ke media sosial jenis ini pun.

Dalam urusan tulis-menulis, perempuan sangat sedikit yang menonjolkan dirinya. Dalam urusan berargumentasi di ruang-ruang publik, tidak banyak perempuan yang berani unjuk nyali. Padahal, ini penting untuk kedudukan perempuan itu sendiri. Terlebih lagi jika ada media positif yang mendukung tersalurnya ide-ide kreatif dan kritis bagi penggunanya.

Padahal, jika dibandingkan dengan media sosial lainnya seperti facebook atau instagram, eksistensi perempuan justru lebih besar daripada di media sosial ini. How comes?

Menulis di Steemit jauh lebih banyak menguras pikiran dan waktu daripada di media lainnya. Mungkin ini bisa menjadi salah satu sebab yang dapat diasumsikan. Apalagi, jika dikaitkan dengan rutinitas kaum perempuan (terutama yang sudah berkarir atau berkeluarga), yang menyebabkan mereka kesulitan membagi-bagikan waktunya untuk terlibat serius di media ini. Bisa jadi. I really need more research to find the answer of this problem.

Tentu saja, ada harapan besar dari saya secara pribadi agar kalangan Steemian perempuan dapat lebih tergerak aktif dalam menggunakan media sosial ini. Terutama untuk membangun warna yang berbeda dalam dunia literasi. Standpoint yang berbeda. Karena bagaimana pun, suara perempuan pasti membawa hal-hal yang berbeda daripada sudut pandang kebanyakan. Yang mungkin tidak terdeteksi oleh pemikiran pada umumnya.

Di tengah-tengah terpaan sosial yang menimpa kaum perempuan, berbagai permasalahan baik di ranah privat dan publik, dan ketidakpercayaan publik terhadap kemampuan perempuan, Steemit ini mampu menjadi satu sarana yang dapat digunakan untuk bereksistensi. Penyambung suara. Penyampai aspirasi. Bahkan penggerak hati.

Begitulah pentingnya, perempuan bereksistensi.

*Salam bahagia. :)

DQmTtT5dMeuTXG91Nyou3LGXuxkfZ8xQKUETMt9YUD5dipm_1680x8400.jpeg

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now