Lelaki yang Kemarahan Melihat Hujan

Hujan… hujan, banyak sekali orang yang melihatmu begitu rupawan, mereka mengintipmu dengan jendela yang berbeda beda, jendela yang kotak, bulat, persegi, jendela yang besar, sedang, kecil, jendela yang bersih, kotor, dekil, jendela kaya, setengah kaya, miskin, jendela mata, hati, bahkan batin. Kau berubah-ubah sebagaimana sisi mereka memandangmu.

Hujan… hujan, para muda kasmaran, kau dikatakan menciptakan suasana romantis, sebagian lagi mengatakan kau membuat pesimis, kau menghibur luka, yang lainya bilang kau alarm duka, kau membuat suasana nyaman, ada juga yang marah dan mengatakan kau penyebab suatu kebatalan, kau datang petani gembira, kadang pula masyarakat pinggir kali sengsara.

Hujan, kini kau telah menjadi selebritis, tak hanya muncul lewat langit, tapi juga pada tulisan tulisan yang dicipta banyak orang terkenal, pada puisi, cerita pendek, novel, kau muncul di lagu-lagu radio, televisi, youtube, juga muncul pada telepon genggam dalam bentuk sms kekecewaan tak jadi jalan-jalan malam mingguan bersama gebetan.

Hujan, apa jenis kelaminmu? Apakah kau lelaki yang melankolis? Atau perempuan yang kemayu dan tersenyum manis? Hati-hati hujan, ku beritau ada seorang lelaki yang baru saja tengah malam tadi memakimu dengan muka berapi-api. Katanya ia muak!, kau lama-lama menjadi indikator sebuah arti yang sebenarnya tak berarti.

Sejak professor hujan itu terus menerus meneriakanmu pada seisi bumi dinegara yang luas ini, kau menjadi tinggi dan tak tau diri, kau berlengak-lenggok ditengah keramaian literasi dengan banyak sekali definisi pada puisi, pria ini berjanji akan menculikmu dan menyekapnya di kamar mandi, hati-hati aku hanya bisa memperigati, yang ku tau hujan, pria ini begitu hebat beropini, pandanganya luas sama seperti isi kepalanya, mereka yang membuatmu terkenal saja tak bisa menjawab pertanyaanya, semuanya ketakutan akan monarki yang mereka bangun akan terancam karna pria ini, alhasil pertanyaannya selalu saja bertepuk sebelah tangan, tak berjumpa dengan suatu jawaban yang berarti.

Semalam ia sangat marah padamu hujan, ia berjanji akan menghancurkanmu, kau sudah tua katanya, eksistensimu sudah harus dihentikan, kau sudah waktunya digantikan, dengan listrik, televisi, telepon genggam, internet, media sosial, atau apapun selain hujan. Jika kau tak juga menyerah untuk dibungkam, hidupmu terancam. Kau akan disekap, diperkosa, disodomi, dimutilasi, dikoyak, digiling, dibakar, hingga menjadi abu, lalu di buang ke kloset duduk yang modern di mall metropolitan, flush button ditekan air berputar dan kau menyebar ke penjuru limbah perkotaan, bercampur tai dan air seni juga barangkali sisa-sisa onani, menjadi hilang, dilupakan, dan tak lagi disebut-sebutkan.

Hati-hati hujan, Hidupmu terancam, seharusnya kau hanya berasal dari langit bukan jadi tulisan dan barang dagangan yang di obral bertaunan. Aku setuju sudah waktunya kau digantikan.

image

26 February 2018

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now