Seni Tutur

20180305_205728.jpg

Pemilik bujukan terhebat adalah tukang obat. Melalui seni bercerita secara lisan tentang khasiat yang terkandung dalam suatu obat tradisional mampu memikat hati para pengunjung. Pernahkah sahabat steemian mendengar bentuk promosi obat-obatan saat berada di pasar tradisional? Bahkan melalui seni tutur yang indah, plus beberapa pertunjukan sulapnya, sungguh mampu mengalahkan iklan-iklan yang berkibar di media cetak maupun media online.

Seni tutur yang dibumbui dengan kisah-kisah menarik, secara spontan berhasil menyita perhatian dari para pengunjung pasar tradisional. Berbagai jenis penyakit yang dialami oleh beberapa penderita di masa lalu, mampu dikisah ulang dengan baik tentang bagaimana si penderita terbebas dari penyakitnya.

Dengan menggunakan alat pengeras suara sekadarnya yang mampu menembus segala pelosok arah mata angin, merupakan suatu keistimewaan yang dimiliki oleh tukang obat. Sebab para pedagang lainnya sama sekali tidak memakai alat pengeras suara. Ini suatu kelebihan daripada pedagang yang lain.

Sebuah ungkapan mengatakan Adat meukat dong beuriya. Barangkali wujud nyata dari ungkapan tersebut telah dikuasai sepenuhnya oleh tukang obat. Tak ada waktu untuk berhenti, pun tak ada kesempatan untuk jeda sejenak. Tidak ada istilah mati lampu. Selama pengunjung pasar masih berlalu lalang melintasi gang pasar, cerita-cerita berupa khasiat suatu obat yang dijualnya akan selalu terdengar nyaring dan lantang. Semangat yang tinggi.

Satu kesan abadi yang tidak berhasil terdeteksi oleh radar pengunjung ialah obat yang diceritakannya itu selalu tersedia dalam keadaan yang terbatas.

"Cok laju, nyoe barang tinggai saboh teuk! Bek le neuk mita lon singoh!"

Dengan demikian, para pengunjung yang telah terpikat hatinya akan sangat khawatir andaikata obat tersebut akan segera habis. Jadi siapa saja yang cepat, dia yang dapat.

Seni bertutur yang apik, adalah milik tukang obat.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
17 Comments