UCAPAN TERIMA KASIH YANG TULUS DARI HATI
Ucapan terima kasih banyak diucapkan orang, baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam kegiatan resmi. Namun hanya ucapan terima kasih yang tulus dari hati yang terasa lebih bermakna bagi orang yang menerimanya.
Di zaman sekarang sudah sangat jarang kita temukan orang yang melakukan sesuatu dengan tulus aku pernah mendengar seorang teman mengatakan uang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang, waktu itu otakku langsung berpikir bahwa uang berperan banyak dalam kehidupan, batinku bertanya-tanya lalu bagaimana dengan orang miskin sementara masih banyak orang yang hidup melarat di tengah-tengah orang kaya. Tidak adakah sesuatu dari mereka yang bisa kita ambil diluar uang dan jabatan? Pertanyaan itu terus bercokol di pikiranku hingga kutemukan jawabannya lewat sepasang suami-istri yang tak lain tetanggaku.
Waktu itu matahari telah tenggelam di ufuk barat. Magrib baru saja berlalu ketika ibu menyuruhku untuk mengantarkan kue kepada tetangga. Kebetulan di rumah sedang banyak kue-kue sehingga ibuku membagi-bagikannya kepada para tetangga. Aku tak pernah menyangka sebelumnya kalau sepiring kue itu akan mengantarku pada pengalaman yang tak terlupakan. Tetangga yang aku beri kue malam itu sudah lanjut usia. Mereka hanya tinggal berdua di sebuah rumah yang di mataku tidak layak untuk dihuni. Kehidupan mereka sangat sederhana. Jauh dari kemewahan dan kecukupan. Suami istri yang berprofesi sebagai petani biasa yang menggantungkan hidupnya dari hasil bertani yang tidak seberapa dan bahkan sang suami terkadang menjadi buruh angkut untuk menyukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jika diperhatikan dari sisi materi, tak ada yang istimewa dalam diri mereka. Bahkan mungkin tak masuk dalam hitungan ketika aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah kayu yang sudah tidak berdiri tegap lagi. Kakek dan nenek itu menyambut kedatanganku dengan sedikit terkejut. Wajah keduanya menyungging senyum di pipi yang sudah berkeriput. Aku ikut tersenyum pada wajah-wajah teduh di hadapanku. Wajah yang penuh perjuangan dalam meniti kehidupan yang keras. Tapi mereka masih mampu untuk tersenyum dalam keterbatasan akan harta dan materi. Aku lalu memberikan kue yang tadi kubawa dari rumah.
Kakek dan nenek itu mengucapkan terima kasih banyak kepadaku. Bukan hanya sekali tapi berulang-ulang ucapan itu meluncur dari mulut mereka. Aku juga mendengar sang nenek mengeluarkan kata-kata sebagai ungkapan kebahagiaan hatinya. Entah mengapa aku merasa ada yang berbeda dari ucapan terima kasih yang kudengar di rumah itu. Padahal jauh hari sebelumnya aku sering memberikan makanan ataupun kue kepada tetangga lain dan sama-sama menerima ucapan terima kasih. Memang tetangga lain kebanyakan hidupnya lebih beruntung dibandingkan dengan kakek dan nenek itu. Kue-kue yang kuberikan menjadi hal yang biasa bagi mereka. Sehingga ucapan terima kasih yang terdengar di telingaku juga terasa biasa-biasa saja Lain halnya dengan kakek dan nenek itu yang mengucapkan terima kasih setulus hatinya. Mereka tak sekadar mengucapkannya sebagai suatu keharusan yang sudah semestinya dikatakan saat mendapat sesuatu dari orang lain. Tapi ucapan itu keluar dari hatinya karena mendapatkan suatu yang tidak biasa bagi mereka meskipun bagi orang lain sudah sangat biasa. Sejujurnya pengalaman itu membuatku terharu. Hari itu, aku seperti mendapat jawaban dari pertanyaan yang telah lama
membuatku penasaran. Apa yang bisa kita ambil dari orang-orang miskin di luar uang dan jabatan karena semua itu tak akan ada yang dibawa mati. Aku semakin menyadari bahwa kita bisa belajar untuk lebih menghargai hidup bila memandang orang-orang miskin dari mata hati. Karena dengan mendapatkan ucapan terima kasih setulus itu aku jadi mengerti hidup ini sangat berharga untuk disia-siakan. Hidup adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang harus kita syukuri. Aku juga tersadar jangan karena memiliki banyak harta atau pangkat membuat ketulusan luntur dalam hati kita. Sebaliknya kita seharusnya makin tulus berbagi kepada sesama. Diluar sana masih banyak orang kurang mampu membutuhkan tangan-tangan yang tulus.
By @lisana92