Kebetulan yang Dibetulkan

Hari ini saya mau sedikit berbagi bahasan tentang perkataan "kebetulan".

Sepengetahuan saya, kata kebetulan mempunyai arti tidak sengaja. Jadi perbuatan yang kebetulan mempunyai makna kalau perbuatan tersebut dilakukan tanpa direncanakan, alias terjadi dengan sendirinya, bahkan mungkin tanpa diniatkan terlebih dahulu.

Sebagai orang Aceh yang lahir dan merasakan masa remaja di Aceh, saya sering sekali mendengar kata tersebut digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kadang-kadang saya merasa bingung dan canggung sendiri ketika mendengar orang-orang menggunakan kata tersebut.

Contoh berikut adalah beberapa percakapan yang sering saya dengar. Terlepas kata "kebetulan" yang digunakan sesuai atau tidak. Kawans steemian simak aja sendiri ya 😀

Percakapan 1: Seorang tetangga baru yang melihat kerumah sebelah dan kemudian menyapa:

Ibu A: Sibuk sekali bu, sedang menjemur apa?

Ibu B: Ohh ini, kebetulan kemarin bapak bawa pulang ikan tongkol banyak sekali, jadi saya rebus dan dijemur untuk dijadikan ikan kayu

Ibu A: Ohhh, anak-anak suka ikan ya

Ibu B: iya ni, kebetulan anak-anak saya semua suka ikan, apalagi ikan kayu yang dimasak khas Aceh

IMG_20180529_205629.jpg
(source, gambar hanya ilustrasi saja)

Percakapan 2: Seorang lelaki bertegur sapa dengan temannya disebuah warung kopi

Bapak A: Assalamualaikum. Lama gak keliatan, kemana aja?

Bapak B: Waalaikumsalam. Iya nih, saya lama di Jakarta, disuruh anak datang kesana. Kebetulan anak saya sedang ditugaskan ke Qatar, jadi saya dan istri menemani anak-anaknya.

IMG_20180529_205616.jpg

Percakapan 3: Obrolan seorang dokter dan teman lamanya.

Teman: sukses kali kau keliatannya. Memang kerja dimana kau sekarang

Dokter: hmmm kebetulan aku jadi dokter.

IMG_20180529_205502.jpg
(source)

Percakapan ke 4: Dalam suatu sesi tanya jawab pada acara seminar dan diskusi ilmiah

Peserta: Jadi bigini pak, kebetulan saya tamatan program s3 dibidang bla bla blaaaaa ..., jadi saya ingin bertanya tentang ....

Begitulah kebetulan demi kebetulan yang sering kita dengar.

Saya sempat berfikir alangkah hebatnya kalau dapat menjadi seorang dokter hanya dengan kebetulan, ataupun dapat menyelesaikan kuliah sampai s3 juga hanya karena kebetulan, dan pencapaian kebetulan-kebetulan dasyat lainnya yang mengagumkan.

Dan tiba-tiba saya berfikir kalau ada yang tanya pada saya begini:

Bu, bagaimana ceritanya ibu bisa kawin dengan bapak yang sama-sama orang Bireuen padahal kenalnya di Jogjakarta.

Kalaulah sempat saya jawab dengan kalimat yang pakai kata "kebetulan", contohnya:

Ohhhh, kebetulan waktu itu saya bingung dan cuma beliau yang keliatan nekat dan maksa, jadi ya saya terima saja.

Hahahahaaa .. Habislahh sayaaa 😁😁😁

Jadi kawans, apa yang ingin saya sampaikan sebenarnya adalah bukan hanya sekedar pada penggunaan kata yang salah dan kurang tepat.

Seperti untuk satu perbuatan yang memang dibuat dan digapai dengan sungguh-sungguh , bahkan melalui proses yang panjang, haruskah hasilnya kemudian disebut kebetulan?

Baiklah, terlepas dari tepat atau tidaknya kata itu digunakan dalam kalimat percakapan, yang saya tangkap sesungguhnya adalah suatu kerendahan hati dari orang-orang Aceh yang sudah tertanam didalam karakternya. Dengan menyelipkan kata tersebut, orang-orang Aceh berharap apa yang disampaikan tidak dianggap pamer atau menunjukkan satu kesombongan oleh pendengarnya.

Begitulah warisan leluhur kami yang entah "kebetulan" atau tidak ternyata telah terpatri dihati.

Ini ada beberapa foto lama yang "kebetulan" masih tersimpan 😀😍

IMG_20180529_204058.jpg

IMG_20180529_203955.jpg

IMG_20180529_204023.jpg

Sepenggal nyanyian:
" Daerah Aceh,
tanoh lon sayang ..
Niebak tempatnyan,
lon udep mate..
Tanoh keunebah,
Indatu moyang,
lampoh dengon blang,
luah bukon lee ... "

Sekian dulu ya kawans

Salam Steemit
@ijas.jaswar

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now