Kampung Adat Cireundeu Cimahi

Datang dan melihat Kampung Adat Cireundeu, melihat kehidupan masyarakat masa lalu, kampung adat Cireundeu merupakan kampung yang masih memegang teguh adat istiadat.

Kampung Adat Cireundeu berada di Desa Cireundeu, Kecamatan Leuwigajah Kota Cimahi Jawa Barat, kampung adat Cirendeu sudah berada puluhan tahun yang lalu, kampung yang di huni kurang lebih 367 kepala keluarga, kehidupan dengan harmonis, dan gotong royong.

Kampung adat Cireundeu adalah kawasan yang mempunyai kehidupan adat yang masih kuat, kawasan adat Cireundeu, terdiri dari kawasan pemukiman, kawasan hutan yang terdiri hutan yang bisa dibudidaya dan hutan sama sekali dilarang untuk budidaya atau disebut hutan Larangan.

Adat yang masih kuat, pengunjung kalau mau naik ke hutan larangan tidak boleh menggunakan alas kaki, ini salah satu bukti menjaga dan melestarikan alam, dan bukti bahwa manusia bersahabat dengan alam, kampung adat Cireundeu setiap tahun mengadakan upacara adat tutup tahun atau disebut upacara syukuran.

Bersyukur dikaruniai limpah hasil bumi pertanian, dengan upacara adat, banyak kesenian yang ditampilkan di Balai, dan yang menarik adalah masyarakat kampung adat Cireundeu makanan pokoknya adalah Singkong yang diolah dan diproses menjadi beras singkong.

Sudah berlangsung turun temurun sejak tahun 1918, sudah seabad yang lalu, cerita dari masyarakat, kondisi saat itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda dan Penjajah waktu itu mengambil hasil pertanian.

Kampung adat tidak menutup terhadap kemajuan jaman, seperti rumah dibangun dengan menggunakan beton, masuknya ponsel, alat elektronik, dan profesi masyarakat kampung adat bermacam- macam seperti pengajar, petani, bekerja diperusahaan.

Untuk kebutuhan air bersih kampung adat Cireundeu bersumber pada mata air yang berasal dari hutan Larangan, ada dua mata air yang berasal dari hutan Larangan yaitu mata air Nyi Mas Ende dan mata air Caringin.

Ada kalimat yang ditulis di balai atau tempat berkumpul, empat kalimat yang merangkum sejarah konsumsi beras Singkong ditulis dalam bahasa Sunda seperti,

"Teu boga sawah asal boga pare, Teu boga pare asal boga beas, Teu boga beas asal bisa nyangu, Teu nyangu asal dahar, Teu dahar asal kuat"

Tidak punya sawah asal punya beras, tidak punya beras asal dapat menanak nasi, tidak punya nasi asal makan, tidak makan asal kuat.
Cimahi, Januari 2020.


H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center