Dear sahabat steemian, malam musim semi dengan semilir angin yang berhembus perlahan. Hari ini Taiwan benar-benar merasakan musim semi yang sesungguhnya. Sedikit mulai panas karena sudah beranjak mendekati musim panas. Tapi semoga sahabat tetap dalam keadaan sehat.
Ihwal Tentang Pulang (1)
Fajar yang merekah dalam sunyi
Suara-suara semakin tersekat dinding
Embun yang mungkin masih terus menetes di pagi hening
Aku mengulang-ngulang kata pulang dalam do'a
Hari ini apakah hari minggu?
Tapi kenapa hari-hariku disini sama
Jam yang diputar pun tak pernah luput dari angka 6 menuju 9
Jam 21 aku membacanya
Coba kau hitung?
Aku tak pernah berhasil menjumlahkan angkanya
Karena di tempat ini waktu seolah tak pernah berputar
Hari ini 11 februari 2015
Hujan yang turun menggerimis seakan menambah runcing musim dingin
Dalam mataku masih menyisa luka
Luka yang awalnya hanya sebuah noktah
Perlahan menjelma seonggok lubang seperti ganggren
Fajar masih merekah kembali di pagi hari yang lain
Dan Aku masih tak lelah mengulang-ngulang kata pulang dalam do'a
Aku tak lupa jalan pulang
Tegasku pada bathin
Aku berharap tak sekedar melarung kerinduan pada tanah pertiwi
Aku berharap esok bisa menjejaknya kembali
Tapi jiwaku terjebak!! Bathinku ditekan
Dalam sekat dinding-dinding dan riuh gemuruh mesin
Fajar masih terus menjadi karibku untuk merapal pulang melalui do'a
Berharap kata itu melesat kelangit
Diaminkan para Malaikat
Hari ini bukan lagi fajar aku memanjat do'a syukur
Tapi senja yang turun di kota K
Seolah sebuah keajaiban
Aku benar-benar memandangnya dengan mata telanjang, tanpa sekat yang dulu mengungkungku.
Empat belas tahun dalam kedungguan ancaman
Dan hari ini mataku tak hentinya mengerjap
Kubiarkan silau diterpa merah matahari senja
Aku akan pulang
Catatan : puisi ini bercerita tentang seorang Pekerja Migran Indonesia yang menjadi korban "human trafficking" atau perdagangan manusia dan dipekerjakan di pabrik tofu di Kaohsiung secara illegal tanpa akses dunia luar selama 14 tahun.
Terimakasih sudah membaca
Salam,
@dwiitavita
