Saya Pernah Jadi Pengemis

Anda boleh saja tidak percaya. Tapi sebelumnya saya memang pernah jadi pengemis. Ya, pengemis vote. Awal-awal bergabung di steemit, saya pernah beberapa kali kirim link tulisan ke grup WA ditambah bumbu penyedap di bawahnya: jangan lupa vote teman-teman. Setelah tiga hari melakukan itu, seorang teman saya mengingatkan bahwa di steemit, minta vote, komen, dan resteem adalah sebuah pantangan. Kalau di dunia media itu dikenal dengan istilah melanggar kode etik jurnalistik.

IMG-20171001-WA0201.jpg

Tidak hanya itu, ketika acara meet KSI Chapter Banda Aceh dan juga di pertemuan Forum Aceh Menulis di Lhokseumawe beberapa waktu lalu, kurator KSI Bang @aiqabrago berulang kali menyampaikan bahwa jangan pernah meminta vote, komen, dan resteem di steemit. Sadar atau tidak, permintaan tersebut akan memengaruhi reputasi penulis di mata publik karena saat itu kita sedang meminta-minta. Padahal jika tulisan itu bagus, tanpa perlu diminta, steemians lainnya akan memberi semua itu dengan senang hati.

Dan celakanya, saya pernah melakukan itu. Karena tidak paham, seminggu pertama postingan, saya pernah “mengemis” vote dengan mencantumkan kalimat: silakan divote ya teman-teman. Saat itu, saya benar-benar tidak paham bahwa itu adalah “kalimat terlarang” yang tidak boleh disampaikan oleh seorang steemians. Hanya saja karena sebelumnya pernah melihat beberapa kiriman di grup WA dan postingan yang di bawahnya meminta divote, saya pikir itu memang trend atau aturan steemit setiap kali selesai posting tulisan harus menuliskan caption demikian. Ternyata saya salah besar. Saya salah mengambil kiblat.

Di dunia persteemitan, ini mungkin memang memalukan. Padahal selama ini ketika menulis opini di Serambi Indonesia dan posting di sosial media, saya tidak pernah menulis caption dan meminta jamaah facebook untuk memberi like, komen, atau meminta agar tulisan tersebut dibagikan. Saya tidak melakukan itu karena paham bahwa meminta orang lain untuk menyukai semua hal yang kita posting adalah perbuatan “terlarang.” Karena jika sesuatu itu berkilau, berlian yang terbenam di lumpur pun akan tetap dicari. Maka yang harus kita lakukan adalah menjadi berlian yang berkilau itu.

Ketika hari ini mungkin masih banyak kita lihat postingan steemians lain yang menulis caption tersebut di bawah postingannya, kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan orang tersebut. Karena boleh jadi, ia hanya mengikuti trend dan tidak paham bahwa meminta vote dkk adalah perbuatan “terlarang”. Dan saya adalah contoh nyatanya. Hehe...

Terlepas dari itu semua, bagi seorang newbie seperti saya, maka penting untuk mengetahui beberapa kode etik di dunia persteemitan. Karena jika tidak, alih-alih menjadi toke steemit, ternyata kita hanyalah seorang “peminta-minta.” Hehe...

#SalamLiterasi

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center