Sekilas Tentang Aceh Tengah(Pacuan Kuda)/ Glimpse of Aceh Tengah (Horse racing) (Bilingual)

Aceh Tengah/Aceh Tengah

Kabuputen Aceh Tengah sebuah wilayah yang berada di kawasan daratan tinggi Gayo, kabupaten lainnya di Aceh Tengah adalah, Gayo Lues, Takengon, Blang Kejeren, dan Simpang Tiga Redelong. Kabupaten Aceh Tengah memiliki 14 kecamatan yang terdiri dari 295 desa.
20180217_1759327650.jpg

District Aceh Tengah an area located in the highlands of Gayo, the other district in Central Aceh is, Gayo Lues, Takengon, Blang Kejeren, and Simpang Tiga Redelong. District Aceh Tengah has 14 sub-districts consisting of 295 villages.

Aceh tengah memiliki tempat wisata yang menyuguhkan keindahan-keindahan alam yang masih alami dan padat di kunjungi oleh para pendatang lokal dan mancanegara, Danau Laut Tawar , Puteri Pukes, loyang Datu, Bumi Klieten dan tak kalah juga Gayo Waterpark.
wisata menye.jpg
source

Aceh tengah has a tourist spot that presents natural beauty-natural beauty and solid in the visit by the immigrants, Danau Laut Tawar , Puteri Pukes, loyang Datu, Bumi Klieten, and not less too Gayo Waterpark.

Tak kalah penting juga Aceh Tengah memiliki kesenian Saman adalah sebuah tarian yang di tampilkan pada acara-acara tertentu dalam acara adat. Tari Saman ditetapkan, UNESCO sebagai budaya warisan manusia daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia.Aceh Tengah

saman gayo.jpg
source

No less important as well Saman is a dance that is displayed on certain occasions in traditional events. Saman Dance is set, UNESCO as a cultural heritage list of Intelligent Cultural Representative of Human Heritage.Aceh Tengah

20180217_175801hh666.jpg
source

Sejarah Pacuan Kuda Di Aceh Tengah Extrem/ History of Horse Racing Aceh Tengah Extrem

Beberapa catatan sejarah dan menurut cerita dari masyarakat, pacuan kuda pertama sekali di gelar sekitar tahun 1850, lintas/rute pacu yang di pakai oleh peserta pacuan kuda berjarak 1500 Meter start awal Wekef , dan berakhir di Menye. Pada saat pertama sekali di laksanakan Pacu Kude di Aceh Tengah sebagai nilai ketradisionalan masyarakat untuk merayakan luah berume atau Lues Belang (setelah masayarakat menyelesaikan panen padi. Pemenang pada saat itu hanya mendapatkan nama besar.
20180217_17580476654.jpg

Some historical records and according to the story of the community, the first horse race in the title around the year 1850, the runway / route runway in use by the racetrackers is 1500 meters starting start Wekef and ends at Menye. At the first time in the run Pacu Kude in Aceh Tengah as the value of ketradisionalan community to celebrate berume beres or Lues Belang (after the community completed the rice harvest.) Winners at that time just get a big name.

20180217_18043510098.jpg

Pada tahun 1912 karena masayarakat gayo sangat antusias menyelenggarakan dan menyaksikan pacu kude maka penjajah kolonial belanda menyelenggarakan pacu kude dengan rute yang panjang. Pasca kemerdekaan tahun 1950 kelas atau tingkatan perlombaan di bagi kepada tiga kategori, 1.Kelas kuda muda joki usia 2-4 tahun,2.Kelas kuda dewasa joki 4-6 tahun,3.Kelas kuda tua usia joki di atas 6 tahun
20180217_1804087864.jpg

In 1912, because Gayay people were very enthusiastic about performing and watching the Pacu kude , the colonial Dutch colonists held a kude runway with a long route. Post-independence knows 1950 classes or levels of the race are divided into three categories,1. Horse class jockey age 2-4 years, 2. Horse class of 4-6 years old jockeys, 3. Class old horse jockey age above 6 years

Pada 1956 karena pemerintahan Aceh Tengah sudah memiliki kabupaten sendiri, maka Pacu Kude di ambil alih oleh Pemerintahan Aceh Tengah. Acara pacu kude semakin semarak terutama saat merayakan HUT Kemerdekaan Negera Republik Indonesia (NKRI) yang setiap tahun di peringati pada tanggal 17 Agustus. Pada tahun 2002, Pemerintahan Aceh Tengah memindahkan lokasi Pacu Kude dari gelanggang Musara ke Pegasing, tepatnya Lapangan Belang Bebangka.

20180217_1803556758900.jpg

In 1956 because the Aceh Tengah government already had its own district, the Kude Pacu was taken over by the Central Aceh Government. Kude spur event increasingly vibrant, especially when celebrating the Independence Day of the Republic of Indonesia (NKRI) which annually commemorated on 17 August. In 2002, the Government of Aceh Tengah moved the location of Pace Kude from Musara to Pegasing, precisely Bebangka Belang Square.

20180217_1804088766.jpg

Aturan yang terapkan masih mengacu pada zaman dulu, start pacu kude di mulai dengan bendera mengikuti aba-aba dari pemegang bendera sembari mengatakan “lepas” dan kuda berpacu di halau dari belakang oleh satu orang pengiring kuda. Aturan start semacam ini sering menimbulkan keributan sesama pemilik kuda.
Joki sebagai penungang kuda masih tradisional tidak memakai pelana pada kuda yang di tunggangi oleh para Joki.
20180217_175801900000018877.jpg

The rules that apply still refer to the ancient times, start kude runs start with flags following the cue from the holder of the flag while saying "loose" and the horse raced on the rafters from behind by one man of horse. This kind of start rule often creates a fuss of horse owners.
Joki as a traditional guda handler does not wear a saddle on a horse that is ridden by the Jockeys.
20180217_17593267754.jpg

Selanjutnya pada tahun 2012 pemerintah kabupaten Aceh tengah bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga mengubah start dengan “Starting Gates” sebagai alat untuk melepas kuda saat bertanding. Dengan perkembangan Pacu Kude semakin marak di minati oleh masyarakat Aceh tengah pada para joki mulai memakai pelana pada kuda yang mengikuti pertandingan, dan mulai tumbuh persatuan-persatuan Olahraga Berkuda dan para joki yang menang bertanding di ikutkan pada pertandingan Nasional yang di adakan oleh Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PB-PORDASI).
20180217_17580190000001.jpg

Furthermore, in 2012 the district government of Aceh is working with the Department of Culture Tourism Youth and Sports change start with "Starting Gates" as a tool to remove the horse during the game. With the development of Pace Kude increasingly rampant in interest by the people of central Aceh on the zoki began to use saddle on horse that followed the game, and began to grow the union of Equestrian Sports and zoki who won the match in the national game that was held by Association of Equestrian Sports throughout Indonesia (PB-PORDASI).

Pacu kude di Aceh Tengah banyak mengundang para penonton dari luar daerah, dalam daerah bahkan tidak sedikit para turis manca Negara memanfaatkan moment liburan ke Aceh Tengah bertepatan dengan kegiatan Pacu Kude.

Pace of kude in Aceh Tengah invited many audiences from outside the region, in the area not even a few foreign tourists take advantage of the holiday moment to Central Aceh to coincide with the activities of Pacu Kude.

Pacu Kude Aceh Tengah sebagai olahraga budaya masyarakat memiliki berbagai keunikan, peserta Pacu Kude setiap event mencapai sampai 300 ekor kuda, bahkan penonton yang hadir sampai puluhan ribu orang, para joki jarang sekali memakai alat pengaman saat bertanding, usia para joki belasan tahun dengan tingkat keberanian yang sangat extrem.

Pacu Kude Aceh Tengah as a cultural sport community has a variety of uniqueness, Pude Kude participants each event reached up to 300 horses, even spectators who attended to tens of thousands of people, the jockeys rarely wear safety equipment when competing, the age of teenage jockeys with a level of courage which is very extrem.

Para joki yang terlibat dalam pacu kude berusia masih belasan tahun, saat joki melaju kencang puluhan ribu penonton bersorak-sorak mengelukan joki dan kuda andalan mereka masing-masing, para joki kecil melesat laksana kilat, ada yang tersungkur ketika melesat kencang, tetapi karena joki-joki kecil yang sudah terlatih tanpa pengaman bangkit kembali untuk memacu kuda andalannya. Pemandangan dramastiis dari joki menjadi pertunjukan yang extrem bagi para pengunjung Pacu Kude.
20180217_1803559008.jpg

The jockeys who are involved in the race kude aged teenagers, as the jockey drove fast tens of thousands of spectators cheered joki and their respective horses, the jocki kecil small bolted like lightning, there is a fall when bolted fast, but because joki- a trained, unmanned little jockey rose again to spur his flagship horse. The dramatic landscape of the jockeys becomes an extreme show for the visitors of Pace Kude.
20180217_1804088765599.png

source Pacu Kude,1, 2,3,4,5,6

ORIGINAL WRITING BY @armanbpulo
Never give up on your dreams, dreams give you a purpose in life. Spirit !

steemit arman.png

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center