Selamat Ujian Nasional

UJIAN nasional untuk sekolah menengah atas/kejuruan/madrasah sedang berlangsung.  Para siswa sedang berkutat dengan ujian berbasis komputer itu. Saya baca berita, kendalanya beragam di tanah air. Mulai kekurangan komputer hingga jaringan internet plus listrik yang di sebagian tempat terjadi. 

Kali ini, ujian nasional tak digunakan sebagai syarat untuk mendaftar ke seleksi nasional masuk perguruan tinggi. Ujian nasional semata-mata untuk melihat kemampuan siswa. Soal kelulusan juga ditentukan sekolah. Dugaan saya, maka akan lulus semuanya. 

Setahu saya tak ada guru –seburuk apa pun- ingin anak didiknya tidak lulus. Maka, pasti lulus semua. Hanya saja, bisa jadi, soal perbedaan nilai antara satu siswa dengan siswa lainnya. 

Saya sejak lama setuju ujian nasional tak digunakan untuk indikator kelulusan seorang siswa. Tak mungkin menyamakan kemampuan siswa di Jakarta atau Pulau Jawa dengan anak di pelosok Aceh, Papua, Ambon, Tertane, hingga Kepuluan Mianggas. 

Idealnya ada kluster. Semisal, kluster satu itu untuk Pulau Jawa dengan angka delapan. Kluster dua untuk Pulau Sumatera dengan angka tujuh. Begitu seterusnya. Tentu target akhir, seluruh pulau akan sampai pada angka delapan itu. 

Tak bisa serta merta menyamakan kemampuan anak didik. Ini karena, negeri ini terlalu luas, fasilitas penduduk beragam, kemampuan guru pun berbeda antar pulau. Maka, sungguh bijak jika tak menggunakan nilai itu sebagai syarat kelulusan.

Itu menurut saya. Pandangan soal ini tentu berbeda. Maklum, semua kebijakan akan ditanggapi berbeda oleh semua masyarakat. Tergantung dari sudut pandang kita masing-masing.

Namun, saya hanya ingin mengucapkan selamat buat siswa yang mengikuti ujian. Para steemians muda yang sedang ujian nasional, jujurlah. Toh, ingin melihat kemampuanmu. Ini ujian kejujuran. Soal lulus, itu sudah pasti.

Melatih kejujuran itu lah yang terpenting sekarang. Kita berada di era, serba ragu dan tak percaya. Maka, kejujuranlah yang menuntun, dan mengembalikan kepercayaan itu. Jangan sekali pun tak jujur. Pepatah klasik mengatakan, kebohongan akan ditutupi oleh kebohongan berikutnya. Mari belajar jujur steemians muda.

Image source: 1, 2, 3

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center