Jadi Bos

BOS yang saya maksud dalam tulisan ini bukan plesetan dari – Bekas Orang Sinting-namun ini bos dalam arti pimpinan. Saya berandai-andai, soal pemimpin elit, memiliki kemampuan finansial, kekuasaan dan jabatan nan mapan. Ditambah lagi soal berkah lainnya memiliki istri cantik dan anak yang ganteng plus cantik. 

Namun, masih ada cerita bos yang tak memahami anak buahnya. Semisal cerita gaji sopir terlambat, sampai beberapa bulan. Maklum, sopir ini dibayar dengan gaji triwulanan. Artinya memasuki bulan keempat barulah gajinya masuk ke rekening. Sayangnya, si bos tak memahami bahwa setiap bulan, sopir harus memenuhi kebutuhan keluarganya, membiayai sekolah anaknya, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.

Di sisi lain, sebagai sopir tentu dia butuh kenyamanan, dan ketenangan berpikir. Agar bisa membawa kendaraan senyaman mungkin. Sehingga bos bisa beristirahat dalam perjalanan. 

Nah, apakah si bos ini tak berpikir, kenyamanan berpikir sopir ini adalah untuk keamanannya juga, buat kenyamanannya juga. Jikalah dia tak nyaman, pikirannya kacau, karena tidak ada uang di rumah yang ditinggalkan ketika dia berangkat kerja, lalu hilang kendali dan menabrak, siapa yang rugi? Tentu si bos ini. 

Image source: 1, 2, 3, 4

Cerita kedua misalnya, si bos memiliki pembantu rumah tangga. Anak bos bicara sesukanya, sekerasnya, sekasarnya pada pembantu. Kaum kecil tentu tak berani terlalu melawan. Takut dipecat oleh sibos.

Tahukah si bos, anak itu berani kasar, berani tak sopan dan kurang ajar, karena didikannya juga? Apakah itu menguntungkan si bos? Ah, tidak. Itu justeru merugikan sibos. Karakter anak itu akan terbawa hingga dia dewasa. Pada titik tertentu, dia akan kurang ajar pada orang tuanya.

Inti yang ingin saya sampaikan adalah, bagaimana memanusiakan manusia. Siapa pun dia, tentu dia saudara kita, satu agama, satu bangsa, atau bahkan satu suku. Mereka boleh kaum kecil, namun mereka juga punya hak yang sama, pantas dihormati dan diperhatikan.

Apalagi, soal gaji. Janganlah menunda gaji terlalu lama. Kalau pun gaji resmi tertunda, mungkin karena faktor administrasi negara, bisa lah memberikannya bonus atau tunjangan sendiri. Lewat kantong sendiri. Karena kenyamanannya untuk kita sesungguhnya.

Menjadi bos bukan soal jabatan. Namun soal bagaimana kita mampu membuat orang lain juga “bos” dimata keluarganya. Agar keluarganya harmonis, makmur dan sejahtera.

Janganlah menjadi bos yang hanya ingin nyaman dan senang sendiri. Percayalah, dunia terus berputar. Bukan tidak mungkin, di satu hari nanti, kita atau anak kita yang akan merasakan kepedihan yang dialami sopir kita, pembantu kita. Maka, muliakanlah kaummu, layaknya kau memuliakan orang tuamu.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center