Duka Indonesia

HARI-hari ini kita menyaksikan rangkaian aksi teror bom di tanah air. Mulai dari kisruh di Markas Komando, Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat hingga insiden terakhir di Mapolda Riau, sebelumnya di Mapolrestabes Surabaya, Jawa Timur. Sejumlah orang tewas, baik pelaku dan korban, dalam insiden memilukan itu.

Bagi siapa pun, kematian tentu sebuah kesedihan. Sebuah kepiluan nan mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Tentu, seburuk apa pun manusia, mereka ada yang mencintainya, menyayanginya, dan berharap padanya. 

Hal ini pula yang membuat kita meneteskan air mata ketika ada kerabat yang meninggal dunia. Itu pula yang ingin saya sampaikan dalam tulisan ini. Baik korban dan pelaku, mereka memiliki orang yang mencintainya. Karena itu, tak sepatutnya kita menghujat kematian. 

Bayangkan jika kematian keluarga kita yang dihujat di jagat digital maupun jagat maya. Saya tidak bermaksud mendukung teror itu. Namun, saya hanya bermaksud ingin mengajak kita semua berpikir lebih arif. Bukankah bagi mereka meninggal dunia-do’a-adalah sebuah keniscayaan.

Berdoa untuk kebaikan mereka di alam sana. Dan, berdoa pula untuk kebaikan negeri ini.  Hari-hari ini, di jagat maya sungguh membuat kita miris. Ketika kematian menjadi hujatan dan melahirkan pro-kontra. Sebagian mengutuk kematian itu. Ah, saya rasa, janganlah kita sampai mengutuk kematian. Sang pencipta sudah menakdirkan bahwa kematian itu akan datang kapan saja, dimana saja, dengan cara berbeda bagi setiap orang.

Tentu, kita menyesalkan, geram, marah atas aksi teror itu. Saya juga begitu. Namun, kita harusnya berdoa untuk kebaikan korban. Sembari mengajak semua pihak, berbuat santun, baik, dan welas asih.

Bangsa ini terlahir dengan beragam suku dan agama. Menjadi keniscayaan saling menahan diri. Saling menghormati dan menyayangi. Itu pula yang diinginkan oleh para pendiri Indonesia. Kita tahu, pendiri bangsa, ingin agar seluruh anak bangsa rukun dalam satu bendera Merah-Putih. 

Janganlah hanya karena beda dukungan politik, beda pekerjaan, yang satu di pemerintah yang lainnya di swasta, lalu saling beradu argumen plus caki dan maki. Apalagi mengklaim telah berbuat banyak untuk negeri ini. Kita tahu, seluruh anak bangsa memiliki sumbangsih untuk kemajuan negeri ini. Hanya saja kadarnya berbeda. Misalnya, kadar seorang berusia 60 tahun, dengan berusia 20 tahun, tentu akan berbeda perbuatannya untuk kebaikan negeri.

Jangan sampai kita abai, bahwa negeri ini beragam. Karena itulah, keberagamanan adalah sebuah berkah, maka di situlah titik fokus kita. Mari saling menghormati. Dan berdoa untuk kebaikan negeri ini, hari ini, nanti, esok, lusa dan seterusnya.

Image source: 1, 2, 3, 4

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center