Akhir Pekan Keluarga

INI hari minggu. Akhir pekan. Sebagian orang menyediakan waktu untuk bersama keluarga, anak dan istri. Setelah enam hari kerap di luar rumah dan hanya bertemu anak ketika senja akan datang. 

Apakah salah bekerja sepenuh waktu? Dari senin sampai senin lagi. Nyaris tiada henti? Ah, soal ini mungkin pilihan masing-masing kita. Namun, saya punya ilustrasi, ketika anak sakit, lalu kita akan panik. Menawarkannya berbagai makanan dan minuman yang dia mau. Nah, orang sakit tentu akan sangat terbatas keinginannya. Dari sini, harusnya kita sadar, bahwa bekerja penting, namun keluarga jauh lebih penting. 

Bekerja sepanjang hari, ditambah malam, tentu bertujuan untuk menghadirkan kata-kemapanan-buat keluarga. Namun, kemapanan dalam arti materi sesungguhnya harus berbanding lurus dengan kesediaan waktu buat keluarga. Semisal, buatlah agenda khusus dengan keluarga. Mungkin bisa beberapa jam saja. Bisa pula lebih dari itu, semisal sehari bersama keluarga.

Buatlah agenda khusus. Dengarkan cerita anak, lalu berilah respon dengan baik. Terkadang orang tua, kerap menyalahkan guru, ketika anak bermasalah. Bahkan, ada yang lebih buruk. Mempidanakan guru.

Dulu, zaman saya kecil, cerita digebukin guru itu menjadi hal lumrah. Lapor ke orang tua, bahkan ditambah gebukin lagi. Dari situ pula kita paham, bahwa melapor itu tak ada gunanya. Lebih baik memperbaiki diri.

Saya membuat anak seperti teman. Dia bisa cerita apa saja, kapan saja dan dimana saja. Sebegitu dekat. Sehingga, saya mudah melihat perubahan sikapnya. Perubahan sikap menjurus negatif tentu harus segera dicari penawarnya. Layaknya demam, mengantisipasi demam tentu lebih mudah dibanding mengobati. 

Nah, di akhir pekan mungkin waktu yang tepat mendengarkan cerita anak. Bagaimana teman-temannya, gurunya, dan lain sebagainya. Ada baiknya kita mengetahui seluruh temannya. Bisa pula melihat bagaimana karakteristik temannya.

Saya berprinsip, berteman dengan siapa saja boleh. Asal jangan ketularan penyakit negatifnya. Toh, saya juga berteman dengan siapa saja. Jangan ketularan penyakitnya saja. Kita harus memiliki sikap sendiri. Itu pula yang saya diskusikan dengan anak, setiap akhir pekan.

Ingat, tumbuh kembang anak bukan semata tanggungjawab istri. Itu tanggungjawab kolektif, ibu dan ayah.  Satu lagi, sekali pun kita sudah berbaik-baik dengan anak, belum tentu hasilnya baik. Sekali pun kita sudah melihat dan mengawasi lingkungannya belum tentu pula hasilnya bagus. Ini sangat tergantung perkembangan zaman, lingkungan dan konsistensi orang tua dari waktu ke waktu.

Nah, mumpung ini akhir pekan. Mari berbincang bersama anak kita di rumah masing-masing.

Image source: 1, 2, 3, 4, 5

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center