Nilai Tambah.

Minggu lalu saya ajak putra saya makan di sebauh mall di medan. Dia penggemar makanan steak. Asal tawaran makan diluar pilihannya steak daging. Biar begitu badannya tetap kurus. Bahkan boleh dikata kerempeng.

Direstoran steak dia memilih steak daging. Saya ikutan makan steak. Karena kurang menyukai daging, saya memilih steak tuna. Steak daging sapi dengan berat 150 gram tarifnya hampir 100 ribu. Sedangkan steak tuna hampir 70 ribu.
image

Perbincangan kamipun mulai mengalir. Buat saya ini pembelajaran. Sebab daging dengan mutu steak harga mentahnya per 1000 gram misalnya 200 ribu per 1000 gram. Maka menghasilkan lebih dari 6 hidangan steak. Artinya nilai tambah dari harga setengah jadi (daging) ke steak beelipat lipat. Hal yang sama juga dengan ikan tuna.

Artinya dalam mata rantai produksi produsen tingkat pertama penikmat paling minim dari sebuah produk. Dalam dunia bisnis modren kita sering sekali menemukan hal ini.
image

Hal yang sama juga terjadi dalam kehidupan lain. Misalnya di dunia jasa. Seperti pariwisata atau dunia hiburan. Biasanya penyanyi lebih mahal dibayar daripada pencipta lagu. Pemain filem lebih mahal dibayar dari penulis skenerio dan sutradara.

. Bayangkan bila keindahan alam Aceh mampu kita tingkatkan nilai tambah. Misalnya keindahan alam Tangse di Pidie. Ada banyak potensi dari sekedar kawasan pertanian. Misalnya wisata arung jeram. Wisata kopi atau kuliner. Ada makanan khas masakan keureulieng yang terkenal enak. Bayangkan bisa semua ini mampu kita eksploitasi. Tanpa harus merusak alam tapi kita dapat hasilnya. Seperti orang Bali dengan budaya dan pariwisata. Apakah mungkin? Sangat mungkin kalau kita mau dan bergerak.
image


H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center