Program PRESISI Tahun 2022 : Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara (Bagian Pertama)

img_0.8308262709509519.jpgPerwakilan Ditjen Ketahanan Budaya memberikan sambutan pada zoom meeting pembukaan Workshop ToT Fasilitator/ Sumber

Selamat berjumpa kembali teman-teman semua yang masih aktif bergiat di platform blockchain yang mulia ini. Pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi sedikit tentang aktivitas yang sedang saya dan beberapa kawan lainnya jalani terkait sebuah program. Program ini bernama PRESISI (Pendidikan Karakter Siswa Mandiri Melalui Kreasi Seni) yang di inisiasi oleh Sanggar Akar Anak, Sekolah Erudio, dan GudSkul. Program ini juga mendapatkan support dari Kemendikbud melalui direktorat jenderal ketahanan budaya-nya. Bisa dikatakan ini program berskala nasional Indonesia.

Sedikit mengilas balik keterlibatan kami dengan program ini pada tahun 2021 lalu, keberadaan kami di sebuah komunitas seni di Banda Aceh, Komunitas Kanot Bu, merupakan awal mulanya. Kami dipilih untuk bergabung dalam program ini sebagai fasilitator yang bertugas untuk mendampingi guru-guru dalam memfasilitasi siswa menjalankan seluruh tahapan program Presisi ini. Bagi saya sendiri, keikutsertaan dalam program ini adalah sebuah kebanggaan yang sangat besar. Visi besar yang diusung sebagai landasan keberlangsungan program ini menjadi pemikat bagi saya pribadi untuk menyelaminya lebih mendalam.

img_0.29190303302101417.jpgBapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara/ Sumber

Landasan utama untuk program Presisi ini adalah pemikiran tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara. Sebagaimana telah kita ketahui bersama, beliau juga ditasbihkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Pemikiran beliau sungguh sangat menarik untuk diselami ketika relevansinya masih sangat update hingga situasi sekarang ini. Kemerdekaan dalam belajar bagi anak-anak adalah visi besar beliau. Hal menarik lainnya bagi saya adalah ketika Ki Hajar Dewantara menyatakan, "Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan".

Dalam hal ini, Ki Hajar membuat dua koneksi yang tidak terpisahkan, yaitu Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut Ki Hajar, untuk mencapai kebudayaan bangsa yang kita cita-citakan, Pendidikan adalah fondasinya. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa, pendidikan yang dimaksudkan beliau bukan hanya tentang anak bersekolah, sekolah yang bergengsi, gedung sekolah yang bagus, nilai ujian yang tinggi, dan lain-lain. Tetapi ini adalah pekerjaan untuk membentuk peradaban yang menjadi cita-cita kita sebagai sebuah bangsa. Untuk itu, pendidikan dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.

Selanjutnya, inti dari pemikiran Ki Hajar terkait perubahan akan kebudayaan yang sifatnya terus menerus sesuai kodratnya. Kebudayaan harus senantiasa berkembang dan tidak boleh statis untuk mencegah situasi chaos. Oleh karenanya perubahan kebudayaan itu bersifat kekal agar tidak terjadi kekacauan yang bisa mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Meskipun demikian perubahan kebudayaan ini tidak ada yang sama. Dia akan berputar pada porosnya masing-masing dengan kecepatan yang berbeda-beda. Dalam filosofi Ki Hajar, sumbu dari perubahan kebudayaan ini adalah nilai-nilai kemanusiaan yang sangat esensial sifatnya.

img_0.8333014328857016.jpgSumber

Demikian pula dengan pendidikan, pada fitrahnya tidak ada anak yang sama tumbuh kembangnya dalam menjalani kehidupan ataupun proses pendidikan. Setiap anak punya keistimewaan dan keunikan tersendiri. Bahkan anak kembar sekalipun tidak ada yang sama persis identiknya. Mereka akan tumbuh dan berkembang dengan kecepatan masing-masing yang tentunya berbeda antara individu anak yang satu dengan individu anak lainnya. Ada yang cepat dalam memahami sesuatu yang diajarkan, ada juga yang lambat, sampai ada juga yang spesial dan berkebutuhan khusus. Memaksakan si anak agar sama dengan temannya hanya akan menjadikan mereka tidak enjoy dan terampas kemerdekaannya dalam belajar. Semua akan bergerak pada sumbunya masing-masing dan menghamba pada nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi porosnya.

Baiklah teman-teman, saya akhiri bagian pertama tulisan tentang Program Presisi dengan topik awal "Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara" ini. Insyaallah besok atau di kesempatan lain bila umur panjang masih di berikan oleh Allah SWT, kelanjutan dari tulisan ini akan kembali saya hadirkan di platform Hive kita ini. Semoga apa yang menjadi topik bahasan kali ini bisa bermanfaat bagi saya pribadi guna menghadapi workshop guru yang nantinya akan digelar pada tanggal 6-15 Juni yang akan datang. Jujur ada kegugupan tersendiri menghadapi momen itu nantinya. Semoga pembelajaran mandiri yang saya lakukan sembari menuliskannya kedalam postingan ini bisa membantu saya agar tidak gelagapan dalam mengampu modul-modul pembelajaran dari program yang sangat inspiratif ini.

img_0.22658094391872916.jpg

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center