DINAMIKA PROGRAM PRESISI 2021

img_0.9131108819884702.jpg
(Silaturahmi awal dengan pihak sekolah di SMPN 3 Banda Aceh)

Tulisan ini sedikit me-refresh kembali momen beberapa waktu yang lalu, kami dari komunitas Kanot Bu Banda Aceh mendapatkan kepercayaan dan kehormatan untuk terlibat dalam program PRESISI (Peningkatan Karakter Siswa Mandiri Melalui Kreasi Seni). Program ini merupakan program dari Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) yang bekerja sama dengan Lembaga GudLuks, Sekolah Erudio, Sanggar Akar Anak. Ada 10 provinsi yang terlibat dalam program ini. Aceh adalah salah satu wilayah yang terpilih. Salah satu sebab terpilihnya Aceh dikarenakan letaknya di jalur perdagangan atau jalur rempah.

img_0.6411389990953678.jpg
(Awalnya semua terlihat sumringah sebelum sadar bahwa kita ka MEURAMAH... hahahaha 😂)

Tahap awal keterlibatan aku dengan program PRESISI ini sedikit unik, aku hanya dikabari untuk diajak bergabung dengan program "Pendamping Cek Gu". Tak ada informasi detail tentang bagaimana cara kerja nantinya. Beberapa teman dari Komunitas Kanot Bu juga terpilih menjadi Fasilitator (Fasil) untuk program ini. Ada sepuluh nama dimana 8 diantaranya adalah jama'ah Komunitas Kanot Bu. Pada awal bulan Ramadhan 2021, sekitar Juni lalu, kami menjalani tahapan Training of Trainee (ToT) untuk Fasil. Kegiatan yang berlangsung selama delapan hari yang cukup menguras energi. Kami sempat keki ketika untuk tahapan awal kami tidak dibayar. Aku bahkan sempat WO dari zoom meeting, namun kemudian ditenangkan oleh teman-teman komunitas yang lain.

img_0.718191395652544.jpg
(Fasil Aceh pada saat diskusi penempatan Fasil di tiap sekolah)

Singkat cerita, setelah pembukaan acara ToT oleh Dirjen Kebudayaan, aku lupa nama, kami mendapatkan penjelasan tentang program menyangkut durasinya yang mencapai 6 bulan, inti dan tujuan dari program yang cukup mulia, serta yang terpenting bagaimana kami akan dibayar nantinya. Setelah mendapat penjelasan tentang program PRESISI ini, kami sepakat untuk lanjutkan ke tahapan selanjutnya. Sempat ada jeda sebulan setelah ToT. Kami hanya berkunjung ke sekolah untuk berdiskusi tentang tahapan awal program ini dengan pihak sekolah. Gambar diatas bisa menunjukkan betapa antusiasnya aku untuk kunjungan terkait program yang aku yakini sebagai tonggak awal pendidikan kontekstual yang berpihak kepada siswa. Pendidikan yang memberikan anak kemerdekaan untuk belajar apa yang mereka suka, serta memberikan kesempatan untuk mereka berkembang menggapai cita-cita yang mereka inginkan.

img_0.7433943027290236.jpg
(Rapat Mingguan dengan Guru PRESISI SMAN 2. Aku terjebak diantara Ibu-ibu yang punya banyak cerita)

img_0.7568720005913354.jpg
(Bukannya ciut. Tapi ingin terlihat manut agar terhubung dengan baik)

Ada 10 sekolah yang dipilih oleh dinas dan direkomendasikan ke pihak Kemendikbud untuk ikut dalam program ini. Pada saat kunjungan awal ke sekolah, bulan Juli pasca ToT, sambutan yang kami dapatkan sangat beragam. Di beberapa sekolah kedatangan kami sepertinya tidak membuat sekolah nyaman. Mereka mempertanyakan asal muasal program ini. Bahkan ada sekolah yang merasa program semacam ini sudah sering diadakan namun hasilnya tidak memuaskan. Kami mencoba memberikan penjelasan bahwa program ini berbeda dari yang sebelumnya. Kata kuncinya adalah MERDEKA BELAJAR, itu yang menjadi pembeda. Sekolah dimana aku yang terpilih sebagai pendamping guru, SMAN 2 BANDA ACEH, sangatlah cuek di awal. Barulah selesai ToT kami dengan guru, itupun sangat jauh dari maksimal karena guru-guru banyak yang tidak aktif pada saat ToT online, spirit PRESISI yang didasari pemikiran tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara dan Driyarkara kini sedikitnya sudah dipahami.

img_0.7175111597992714.jpg
(Menyerahkan Handbook Panduan Program PRESISI kepada Perwakilan Guru)
img_0.5205207272831104.jpg
(Tersenyum karena Ibu-ibu gurunya lucu-lucu)

Proses ToT guru yang tidak maksimal terlihat nyata pada saat aku berkunjung ke sekolah. Guru-guru inginnya instan dengan menentukan projek apa yang akan dieksekusi oleh siswa nantinya. Perlahan aku mencoba menggali lagi bahasan kami pada saat ToT, program ini lebih mengutamakan proses belajar yang dialami siswa. Dimulai dari tahapan refleksi diri, dimana siswa dibangkitkan kesadaran tentang apa yang terjadi di sekitar mereka. Apa yang menjadi keresahan mereka yang kiranya bisa memancing ide kreatif untuk dituangkan kedalam ide karya. Perdebatan tentang hal ini cukup alot antara aku dengan para guru. Faktanya dinamika antara guru di sekolah dampinganku cukup mengundang senyum keder dari aku sendiri. Aku mulai merasakan hawa sentimentil yang mengundang rasa ogah-ogahan hadir dalam prosesnya. Tak perlu ku uraikan disini apa yang terjadi. Aku cukup bersyukur ketika dalam proses ini, ada hasil yang terlihat di beberapa sekolah yang lain. Di sekolah tempatku, aku sendiri ragu apakah nikmat spiritual pendidikan kontekstual berbasis project seperti ini bisa dirasakan. Semua terlihat samar berbalut keterpaksaan dalam proses pembelajaran ini berlangsung.

img_0.01633549282834676.jpg
(Foto setelah presentasi program siswa selesai)
img_0.4885021657904009.jpg
(Fasil, Supervisor, Guru dan Siswa. Foto bersama usai presentasi program siswa)

img_0.739908356796689.jpg
(Komik Peristiwa OMBAK RAYA. Projek Karya Siswa)

img_0.8019922302940384.jpg
(Siswa sedang mendengarkan narasumber untuk projek komik)

img_0.6225744234029712.jpg
(Siswi dan proses pembuatan Mie Aceh)

img_0.29204610220235006.jpg
(Bertepung Ria Pada Projek Mie Aceh)

Sekolahku menyelesaikan dua projek ide kreatif siswa. Yang pertama adalah komik peristiwa yang diberi judul OMBAK RAYA. Dalam proses belajar membuat komik ini siswa sempat melakukan kunjungan ke narasumber di kampus USK. Hasilnya cukup baik mengingat ini adalah projek karya yang lika-likunya cukup berliku-liku. Aku cukup senang dengan lahirnya komik ini. Setelah selesai dengan projek komik, guru-guru berlanjut dengan siswa yang mengeksekusi projek MIE ACEH. Siswa-siswa yang terlibat terlihat enjoy dengan projek yang satu ini. Semoga anak-anak murid yang terlibat mendapatkan sesuatu dari proses yang mereka jalani. Jujur selama proses program ini berlangsung, ada haru biru yang meninggalkan bilur memori akan harapan pendidikan yang lebih baik di negara ini.

#SEMOGA

img_0.9127126846197338.jpg

img_0.3310525345561558.jpg

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
1 Comment