Global Warming and Beach Abrasion

Pemanasan global (global warming) telah menyebabkan garis pantai di Provinsi Aceh terus mengalami abrasi. Seperti di pesisir pantai Alue Naga, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Pantai di kawasan itu terus menyusut akibat abrasi.

Abrasi terjadi sepanjang tahun, dan biasanya parah terjadi saat musim barat, saat angin kencang dan ombak besar melanda Selat Malaka. Itensitas tertinggi biasanya terjadi saat pasang purnama.

1abrasi1.jpg

Pantai Alue Naga merupakan salah satu destinasi wisata lokal di Kota Banda Aceh. Pada musim timur ketika ombak tidak besar, di pantai itu orang bisa menyaksikan nelayan tarek pukat cara tangkap ikan tradisional yang masih bertahan hingga sekarang.

Masyarakat dan nelayan di Alue Nanga berharap agar Pemerintah Kota Banda Aceh dan Pemerintah Provinsi Aceh melalui instansi terkait untuk membangun tanggul pemecah ombak (break water) di sepanjang pantai tersebut, seperti yang telah dipasang pada muara Krueng Cut di sisi timur pantai Alue Naga.

2abrasi2.jpg

Abrasi pantai terjadi akibat aktivitas manusia sendiri yang memicu terjadinya global warming seperti meningkatnya gas karbon monoksida dari kendaraan bermotor, efek panas yang ipantulkan ke permukaan bumi terperangkap di admosfer oleh gas yang menghasilkan efek rumah kaca, sehingga panasnya kembali dipantulkan ke permukaan bumi.

3abrasi4.jpg

Selain itu perambahan hutan baik legal maupun ilegak secara massif juga telah menyebabkan terjadinya penurunan luas hutan secara signifikan, sehingga cuaca menjadi buruk karena tidak ada lagi pohon-pohon yang membantu karbondioksida menjadi oksigen. Semakin banyak hutan ditebang, maka jumlah karbondioksida akan semanik banyak di atmosfer yang kemudian memicu terjadinya global warming.

4abrasi.jpg

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center