Poetry

KISAH BOCAH KOLONG
Muklis Puna

Bocah kolong berwajah kusam,
baju dekil bau asap pembangunan
tertawa lebar mencandai awan menutup bulan
Rambut gimbal menguning di panggang mentari
Mulut mungil mengusik padatnya kota,
Ayunan langkah digiring mata kaki mengaburkan cita
image
Sambil terhuyung huyung berbisik pada ku,
" Hei Bung...! Siapa yang berputar bung?
Bumi atau matahari?
Jika benar sang surya menebar pelangi,
Kenapa sedetikpun tak pernah singgah di gubugku
Jika benar mayapada ini berputar,
Kenapa aku masih terus di kolong tak bertingkap

Apa yang harus kujawab kawan?
Bocah lusuh kekal derita telah meludahi negeri lewat getirnya hidup.
Aku mengamuk dalam lamunan,
Pengab menyerang ronggaku
Bulir bening menetes di tepian pelipis

Malam menelan bulan dalam sekejap
Bocah lusuh tak berdosa menarik tanganku...
Bung...!
Mari ku antar ke istana megahku
‘Jangan takut..bung!
Tiang penyangga kokoh dan padat
Aku beruntung mendapatkan penyangga beton tebal
Tak ada istana.semewah ini.bung!
Mungkin para sultan pun iri pada istanaku
Mobil bermerek, truck pemikul beban mondar mandir di langit -langit kamar

Tapi...maaf bung!
Istanaku tak bertingkap
Kalau panas menyengat tubuh,
biasanya kugantikan dengan semburan nafas
Jangan cemas silaunya mentari merasuk kulitmu
Karena aku.telah mengusir matahari untuk selamanya
Tingkap kamar sudah kugantikan pada pelupuk mata

Bung ...!
Aku tinggalkan sekejap bung!!
Masih banyak recehan bertebaran di lubang jalan negara
O,.ya bung.... !
Kalau hajatmu datang menyerang usus
di beranda depan telah kusediakn MCK dalam sacset berwarna kelam
Nanti lemparkan saja mana suka!

Lhoksemawe, 19 Januari 2017

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center