Sang EDITOR, Sang Another King 👑

IMG_3301-01.jpeg

Awalnya aku tak mengerti kenapa para penulis selalu berterima kasih amat dalam kepada sang editornya. Bahkan nama mereka selalu mengisi posisi prioritas halaman pembuka buku-buku penulis. Aku yang bukanlah berlatar belakang jurnalis ini, tak pernah mengerti alasan kenapa algoritma seperti itu berlaku secara tersirat. Aku selalu berfikir bahwa pelakon utama dalam penulisan itu, yaaa sang penulis, ngapain harus pakai editor segala?

IMG_20160228_222703-01-01.jpeg

Otak dan ruh, lembar demi lembar buku itu adalah mutlak milik sang penulis. Entah itu mewakili perasaan, pengalaman, falsafah bahkan ideologi penulis.

"Penulis adalah Raja Diktator kata demi kata yang tersurat di karya mereka"

Dalam pemahamanku, Jika nanti datang pelakon yang lain, sebut saja Editor, maka akan sedikit mempengaruhi tujuan akhir karya si penulis, bahkan lebih parahnya dapat mengubah "ending" calon karya yang akan di terbitkan.
Ibarat kata, tak ada dua orang Raja dalam satu singgasana kerajaan yang sama. Tiap Raja akan punya kecenderungan ideologinya masing-masing.
Yaaa, seperti itu lah pandangan orang awam sepertiku tentang Editor.

IMG_20161101_193122-01.jpeg

Tapi, aku kini mulai sadar peran penting editor dari mas @tusroni. Karena baru-baru ini aku menulis artikel pendek tentang sejarah kota Batam dan beruntungnya, karya penulis pemula sepertiku terpilih untuk di publish di OCD. Tetapi, dengan syarat harus ada perbaikan dalam tulisanku.
Hah?? ini kan tulisan tulisan aku, Apa yang salah?? bagi ku udah bener-bener aja dong, karena memang aku menulis seperti itu dengan tujuan menjadi bacaan yang casual bagi para pembacanya. Istilah kata, aku ga mau readerku seolah olah membaca diktat kuliah yang membosankan, lengkap dengan EYD bahasa Indonesianya.
That's so boring!!!

IMG_20160522_154749-01.jpeg

Tapi aku tipe orang yang gak menelan semua ideologiku. Aku masih mau kok di beri arahan-arahan yang lain. Why not, kalo untuk kebaikanku.
Aku baca lagi dan lagi tulisan ku, melihat apa sih yang salah? Dan aku tetep saja merasa masih kategori "It's oke kok tulisanku, apasih yang salah" , ini memang gaya bahasa penulisanku.

Dan di tengah obrolan dengan teman baru ku si uni Padang, aku menyadari kenapa tulisanku harus diperbaiki. Kita hidup di Indonesia dengan keragaman bahasa dan adat kesopanan yang heterogen membuat kita harus menggunakan Bahasa Indonesia sebagai pemersatu keaneragaman.

Mulai lah aku minta bantuan mas roni untuk mana mana saja yang harus di perbaiki. Diperlukan pemikiran orang lain dalam sudut pandang yang berbeda dalam menyempurnakan sebuah karya.

IMG20151219103234-01-01.jpeg

It time to begin the role!! Aku sebagai penulis dan mas roni sebagai editor.

Yaa walaupun artikelku masih artikel pendek dan mas roni juga hanya editor redaksional besar kecilnya huruf. Tapi nalarku berjalar jauh kedepan membayangkan bagaimana penulis terkenal dengan karya mahahebatnya, pastilah memiliki editor yang "Awasome".

"Karena Penulis dan Editor adalah kedua Raja yang sangat berperan dalam sebuah Karya yang sempurna".😊

IMG_20180518_225735.jpg

***Tulisan ini adalah hadiah ucapan terima kasih ku untukmu mas roni dan permintaan maaf ku padamu para editor yang ada di bumi.

--Salam malam--

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now