Taman Edukasi Gampong Jawa Ketulusan Relawan Anak Pemulung (jilid 1)

imageAyu Sang Juara Cipta dan Baca Puisi

Bermula dari ajakan rekan Kamar Agam, untuk hadir di Taman Edukasi Gampong Jawa, bersama-sama dengan kawan-kawan Relawan Anak Pemulung. Tanpa di duga berjumpa dengan mereka, ketika mengadakan rapat kilat di warung kopi Chek Yukee Tepi Kali. Memang telah menjadi markas saya sejak dua tahun lalu, untuk memulai segala kegiatan. Karena acara rapatnya berdekatan dengan meja saya, tidak sengaja "nguping", bahwa mereka membahas materi kegiatan yang akan dilaksanakan sebelum acara puncak, yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW, pada tanggal 4 Februari Februari 2018. Hanya itu saja yang terdengar. Selanjutnya samar-samar suara mereka, karena kembali tenggelam dalam imajinasi, jari-jari ikut sibuk menekan keyboord laptop huruf demi huruf.

imagepemandangan Krueng Aceh, kapal nelayan bersandar lelah

Lalu Kamar Agam menghentikan perjalanan imajinasi saya yang sedang liar dan menggebu. Sedikit terkaget menoleh, ada senyumnya dan meminta maaf karena telah mengganggu, Agam minta maaf. " ya, tidak apa-apa, ada yang perlu dibicarakan?"
"Tidak ada bang, hanya minta kesediaan abang menjadi juri cipta dan lomba baca puisi anak-anak". Spontan saya jawab siap, kapan?"
"Nanti dikabarkan lagi bang". Sambung Agam. "Baiklah kalau begitu, Insya Allah siap"

Tidak menunggu lama, besoknya, kabar langsung saya terima, kepastian kegiatan lomba melalui melalui WA. "Assalamualaikum bang, Insya Allah tanggal 1 lomba cipta dan baca puis, bada Ashar bang ya".
"Insya Allah, SemangArt" saya jawab. "Abang langsung saja ke sana ya". "Iya" saya jawab lagi.

imagemereka yang ingin berbagi

Saya dan Abzari langsung menuju lakosi, tapi harus minta petunjuk arah terlebih dahulu, kepada Agam. Lalu kami menelusuri jalan dengan sepeda motor Abzari, menuju arah keudah, pemandangan tepi sungai sangat menarik, kapal-kapal nelayan sedang bersandar, lelah setelah pulang melaut.
Kami memasuki Gampong Peulanggahan dan melewati mesjid Teungku Di Anjong. Kami terlibat pembicaraan membahas pemandangan sepanjang sungai "Krueng Aceh" yang muaranya di Gampong Lampulo, salah satu TPI (tempat Penampungan Ikan) terbesar di Aceh, kalau tidak salah.

Lapangan bola sebagai patokan arah, sudah di depan kami, lalu menuju lorong ketiga sebelah kiri. Berjarak kurang lebih dua ratus meter, kami tiba di lokasi.
"Inikah taman edukasinya?" Hampir serentak bertanya, ya kami bertanya pada diri kami masing-masing. Ini adalah ironi, bahwa orientasi saya, terbayang taman edukasi itu, ada suatu tempat yang cukup layak disebut layak sebagai taman pendidikan. Ada dinding dan atap, ada lemari tempat menyimpan buku, dan segala alat permainan yang selayaknya taman belajar dan bermain.

imagemereka yang tersentuh

Saya terpana, ini bukan dalam bayangan saya. Mungkin Abzari juga begitu. Kami menyaksikan anak-anak di tanah kosong yang tidak begitu lebar. Mereka duduk di atas selembar terpal berwarna biru, sebagai alas. Tanpa dinding, tanpa atap, lemari. Ya mereka di lapangan terbuka. Para Abang dan kakak relawan tidak lelah melayani mereka. Ah sesak juga ini dada.

Kami menjumpai Agam di warung kecil yang terletak di seberang yang katanya taman edukasi tadi. "Inilah taman edukasinya" kata Agam sambil tersenyum ikhlas. "Iya" kami jawab. Lalu diam.

BERSAMBUNG

Banda Aceh, 16 Februari 2018

Zulfikar Kirbi|| @zulfikark-kirbi

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center