Hanya Menu "Berat" di Warunk Nenek: Tempat Nongkrong #4

Minggu malam lalu, kami sekeluarga sepakat makan di luar rumah. Ini kebiasaan santai sambil jalan-jalan di akhir pekan. Bosan makan di rumah, iya juga.

image

Usai magrib kami keluar rumah. Hal yang paling membingungkan adalah memilih tempat, kemana dan dimana. Kami diskusi sambil jalan. “Dimana kak kita nongkrong,” tanya bunda kepada saya. Dan saya malah malah bertanya kepada ayah, “di mana ayah?”

“Ayah sopir aja neuk, terserah di mana dan cepat putuskan.” Setelah melewati Ulee Kareng kami masing binggung sampai memutar di Jalan P Nyak Makam mencari tempat. Lalu membelok ke Jalan Chik Di Pieneung sampai ke Lamnyong. Belum ada tempat yang terlihat menarik.

image

Lalu mobil bergerak ke simpang mesra, sampai ke Prada, bunda mengajak mampir di ‘Warunk Nenek’ saja. Sebuah warung lama dengan area setengah terbuka. Mobil parkir dan kami masuk.

Kami memilih lesehan di bagian samping kanan, tidak duduk di bagian tengah yang luas dengan kursi-kursi tanpa sandaran. Pramusaji datang membawa daftar menu. Kami lalu melihat menu itu, semuanya menu berat alias nasi tanpa menu cemilan maupun lainnya, hanya nasi dan lauknya. Sementara minuman tersedia dari juice sampai teh, tanpa kopi.

Saya dan ayah memesan dua nasi dengan ayam penyet, adik kebiasaan disuapi ayah, makannya masih sedikit. Sementara bunda meminta tambahan gorengan tempe dan tahu, hanya itu makanan ringan yang tersedia.

image

‘Warunk Nenek’ tempatnya lumayan bersih dan nyaman, juga dilengkapi koneksi internet yang membuat pelanggan bisa ‘berselancar’ sambil mengupdate status media sosial maupun membaca informasi lainnya.

Warung itu tak terlalu ramai saat kami nongkrong di sana. Tempat itu biasanya menjadi incaran para mahasiswa yang baru siap wisuda, merayakan sambil makan bersama keluarga dan sahabat. Tak heran, jika menunya lumayan bersahabat di kantong. []

image

@yasliapoetry

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now