Makna Khimar Pada Perempuan dalam Wacana Budaya Populer (Pop Culture)

Makna khimar sebagai penutup kepala perempuan muslim saat ini sudah sangat berubah. Di luar dari esensi dasarnya sebagai tuntutan kewajiban, khimar sekarang ini dapat dimaknai sebagai nilai-nilai simbolik, kepentingan, dan juga trend budaya. Makna berkhimar kini kian dibentuk sesuai dengan adanya kepentingan bisnis di belakangnya. Sehingga sekarang ini yang terlihat adalah overproduksi bahkan overkonsumsi terhadap praktik berjilbab/menutup aurat. Masyarakat kini dijebak, dalam trend budaya yang akan diproduksi terus-menerus. Sehingga berjilbab, menutup aurat, pada akhirnya bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban beragama, akan tetapi memenuhi tuntutan dari desakan trend yang terus berkembang.


Berbicara tentang jilbab/khimar, pada dasarnya sebagai seorang perempuan muslim dan beriman maka haruslah kembali pada esensi dasar nilai dan maknanya. Perkembangan budaya dan sejarah umat manusia saat ini setidaknya menggambarkan bagaimana makna jilbab/khimar pada perempuan muslim telah dikaburkan. Ada banyak makna yang disematkan pada jilbab/khimar perempuan muslim yang telah berubah dari makna awalnya, yaitu sejak dari masa kewajiban untuk menutup aurat diturunkan oleh Allah Swt pada setiap perempuan muslim dalam ayat-ayat Alquran dan Hadis.

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menjulurkan khimar kedadanya…” (QS. An Nuur: 31)

Khususnya dalam hal menutup rambut dan kepala sebagai bagian dari aurat perempuan, istilah penutup kepala pada perempuan, di Indonesia, secara historis dulu lebih dikenal dengan istilah kerudung yang dapat berupa selendang ataupun kain jarik panjang dan apapun yang dapat menutupi rambut/kepalanya. Namun, sejalan berjalannya waktu istilah kerudung saat ini lebih dikenal dengan istilah jilbab. Menutup kepala itu artinya menggunakan jilbab di kepalanya. Jilbab yang saat ini ada beragam bentuknya, dari harga yang murah hingga mencapai ratusan ribu rupiah. Jilbab oleh perempuan Indonesia saat ini, lebih dilihat pada bentuk perkembangan trend fashion-nya, dan berbagai kepentingan serta nilai simbolik yang melekat padanya. Di luar dari esensi dasarnya, sebagai suatu kewajiban beribadah.

Asy Syaih Athiyah Shoqor membagi permasalahan menutup aurat (kepala) itu menjadi tiga :

  1. Khimar (kerudung) yaitu penutup kepala wanita, baik yang menutup rambut dan leher, menutupi dada, atau selebihnya.
  2. Niqob atau burqo`(cadar) yaitu kain penutup wajah wanita.
  3. Hijab (tutup) yaitu segala hal yang tujuannya adalah untuk mengurangi atau mencegah datangnya fitnah jinsiyah (godaan seksual) terhadap perempuan.

Maka jika kita merujuk pada definisi yang dipaparkan di atas, sebenarnya ada kesalahan penggunaan istilah oleh perempuan dan kalangan masyarakat di Indonesia. Istilah penutup kepala yang saat ini berkembang di masyarakat sebenarnya dalam Islam disebut sebagai khimar, sedangkan jilbab konteksnya merujuk pada pakaian yang dipakai perempuan, menutupi keseluruhan bagian tubuh dalam batasan-batasan aurat. Lebih jauh dari itu, ternyata ada juga kesalahan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat mengenai istilah hijab sebagai penutup kepala, misalnya Eh, si A sudah pakai hijab loh!. atau muncul istilah hijabers syarie, hijab kekinian, dsb. Padahal itu konteksnya bukan sekadar sebagai penutup kepala namun segala hal yang berkaitan dengan hal-hal yang dapat menyebabkan fitnah atas perempuan.


Penutup Kepala (Khimar) sebagai Trend Fashion

Mungkin sebagian dari kita pernah melihat jenis penutup kepala perempuan tempo dulu (baca: jadul), ibu kita, nenek, ataupun diri kita sendiri yang jauh sekali berbeda dengan berbagai jenis penutup kepala yang ada saat ini. Saya ingat sekali, nenek saya dulu senang sekali memakai selendang di kepalanya dengan rambut tertutup songkok. Model penutup kepala ini menjadi trend pada era 1990-an ke bawah. Perempuan muslim pada era ini sebagiannya memang ada yang tidak mengenakan penutup kepala, tetapi sebagian dari mereka yang mengenakannya menggunakan selendang sebagai penutup kepalanya. Tidak ada model khimar yang unik dan beragam bentuknya seperti sekarang.

PicsArt_05-07-12.32.33.png

sumber

Dalam perkembangannya, kira-kira 20 tahun yang lalu, saya juga masih ingat bagaimana gaya ibu saya menggunakan penutup kepalanya, dengan hanya menggunakan khimar sederhana berbentuk persegi dan model lipitan yang rapat ke kening. Pada masa itu, itulah model yang nge-hits. Kemudian beberapa tahun setelahnya dilupakan, dan kembali dipopulerkan oleh artis bernama Angel Lelga. Namun tentunya tidak dengan teknik lipitan yang sama, tetapi tetap dengan model desain jilbab yang sama dan teknik mengikat/memasang bros di tengah. Iyakan? Ada yang Jeli ga sih?.

Di awal tahun 2000-an, model khimar masih juga belum beragam. Pilihan khimar masih terbatas pada model persegi dengan desain polos atau bordiran dan jenis khimar/jilbab kurung instan ala-ala anak pesantren. Ketika saya duduk di bangku SMA, dan awal perkuliahan S-1 khimar yang populer ketika itu adalah jenis khimar polos berwarna putih yang sangat lebar dan tipis - yang kata rekan-rekan lelaki - mirip dengan desain taplak meja. Saking lebarnya plus hiasan motif renda di bagian pinggirnya. Ketika itu, kalau anak gadis belum punya khimar seperti ini akan dianggap kudet dan ketinggalan.

Trend khimar ini tidak berlangsung lama, mungkin hanya sekitar 1-2 tahun saja, kemudian yang ntah dari mana awalnya mulailah populer model khimar berjenis jilbab paris dengan beragam jenis warna. Trend jilbab paris ini mulai membuat gaya fashion anak muda dan perempuan ketika itu menjadi lebih hidup dan menarik. Jika dulu model khimar terbatas pada jenis warna terbatas, ketika jilbab paris muncul maka penampilan perempuan di Aceh khususnya menjadi lebih bergaya. Muncul model jilbab/khimar yang pentul sana-sini, lilit sana-sini, lapis sana-sini, hingga menggunakan lebih dari dua khimar sekaligus.

Sehingga sejalan dengan itu, untuk menandingi perkembangan mode of fashion dan minat fashion kalangan perempuan muslim, mendadak Dian Pelangi mencetus dan menjadi figur baru dalam trend khimar, mendorong munculnya gaya fashion Hijabers kekinian. Istilah penutup kepala semakin dikenal bukan sebagai khimar akan tetapi lebih sebagai hijab syar'ie. Trend hijab syar'ie ini seakan-akan ingin menggambarkan bahwasanya perempuan muslim pun mampu bereksistensi dan mendapatkan perhatian di tengah-tengah publik, sebagai sosok yang menarik dilihat, tidak kampungan, elegan, tetap fashionable, dan tidak kaku.

Sejak dari sinilah, trend fashion perempuan muslim Indonesia semakin berkembang dan mendapatkan posisi yang besar di tengah-tengah masyarakat, bahkan di media-media massa. Eksistensi perempuan, dengan trend hijab kekinian semakin mendapatkan sorotan. Lihat saja, di sosial media semakin banyak kita temukan tips tutorial berhijab kekinian, iklan-iklan produk yang memakai model perempuan muslim. Bahkan, saat ini banyak sekali iklan produk yang lebih menyoroti khalayak perempuan muslim sebagai objek sasaran iklan. Seperti iklan shampoo hijab, pewangi baju hijab, deterjen hijab, sabun mandi hijab, sampai apapun produk yang dikaitkan dengan perempuan haruslah ada label halal dan memakai model perempuan berhijab.

Sadarkah anda dengan fenomena ini?. Ga sadarkan? Rasanya terjadi begitu saja.

Trend Pashmina Lilit Sekitar Tahun 2012-2014

sumber


Overproduksi Model Hijab/Jilbab Kekinian

Melihat pangsa pasar yang sangat menaruh minat pada trend hijab kekinian namun syar'i, maka terjadilah overproduksi besar-besar yang dilakukan para pebisnis jilbab. Semua mengikuti minat pasar. Produk diciptakan untuk menciptakan trend khimar/jilbab/hijab baru sesuai dengan minat besar khalayak perempuan muslim terhadap fashion muslimah.

Suatu ketika, setelah hijab kekinian ala Dian Pelangi populer, setelah masyarakat jenuh dengan gaya hijab ribet berpentul sana-sini dan memakan waktu lama hanya untuk berdandan, maka muncullah jenis jilbab syar'i yang simple dan terkesan menawan. Trend ini dipopulerkan juga dengan maraknya artis-artis Indonesia yang hijrah untuk menutup kepalanya dan berpakaian syar'i dan lebar. Masyarakat pun dibrondol dengan jenis khimar/jilbab syar'i berbagai bentuk: dengan pad/tanpa pad, berserut atau tidak berserut, satu layer atau dua/tiga layer, dsb. Harganya pun sangat fantastis, bisa mencapai 200ribu/khimar dan bisa mencapai 700ribu/set jilbab. Tergantung jenis bahannya.

Hijabers Syarie Sekitar 2014-kini

sumber

Popularitas jilbab Syar'i ini patut diancungi jempol. Positifnya, bahkan hingga mampu menggantikan gaya fashion perempuan muslim yang dulunya senang tampil seksi, menjadi lebih syar'i. Di mana-mana kita dapat menemukan perempuan yang menutup auratnya dengan baik, memakai khimar panjang dan jilbab longgar. Namun negatifnya, gaya berpakaian seperti ini menjadi simbolik belaka, hanya untuk ikutan trend. Pagi ini syar'i, sorenya pakai celana jeans, besoknya syar'i lagi. Berpakaian syar'i bukan datang dari niat beribadah yang baik dan benar. Sehingga dengan beriringan, mengaburkan batasan beridentitas perempuan muslim untuk menjadikan pakaian sebagai simbol trend belaka.

Mirisnya, di tengah-tengah kepopuleran pakaian syar'i ini. Trend berpakaian muslimah ditantang kembali dengan hadirnya style hijab kekinian lainnya. Kembali ke gaya khimar lama berbentuk persegi, namun dikemas dalam bentuk yang eksklusif dan lebih menarik. Perempuan muslim saat ini, baru-baru ini, dihadang dengan trend fashion jilbab organza dan jilbab voal printed ekslusif, yang dibrondol dengan harga jauh lebih mahal. Trend jilbab kalangan artis dan hijabers kelas atas. Dalam bentuk yang tidak lagi syar'i, bahkan tidak lagi menjulur menutupi bagian dada.

Bagaimana mungkin, trend berbusana muslimah bisa berubah sedrastis ini? Dengan serta merta membolak-balikkan gaya berbusana muslimah, dari pendek ke panjang, dari sempit ke lebar, lalu ke sempit dan pendek lagi. Berjilbab, berbusana muslimah, seperti dimain-mainkan oleh trend kekinian. Seakan-akan tuntutan berbusana muslimah yang benar itu bukan diatur oleh perintah agama yang dituangkan dalam ayat dan hadis, namun diatur oleh "ayat-ayat" trend fashion bentukan pebisnis, yang terus menerus berubah setiap masanya.

sumber

Khimar Voal Printed dengan Harga mencapai 250ribuan

sumber

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now