Menikmati Limbek di Tempat Asalnya

Setelah semalaman sehari sebelumnya kudengar cerita tentang Rawa Tripa dari mulut Kakek Ilyas, Rabu pagi, 29 Agustus 2018, aku dan teman-teman dari ASA Film melanjutkan perjalanan melihat langsung kondisi terkini Rawa Tripa paska korporat menancapkan kuku disana. Masih sama, kami masih ditemani Kakek Ilyas. Seperti janjinya pada pertemuan awal, ia akan berbagi banyak cerita tentang Rawa Tripa yang sudah dikepung oleh kebun sawit.

Mengingat perjalanan yang akan kami tempuh hingga sore hari, sebaiknya kami mengisi perut lebih dulu. Kami memilih satu warung, dan hanya satu-satunya warung di belokan jalan menuju PT.SPS. Tidak seperti kebanyakan warung makan, disini tidak ada rak untuk menyusun menu, pun tidak ada hidangan khusus. Warung tidak bernama ini, pagi itu hanya menyiapkan menu Limbek dimasak kuah dan Limbek goreng. Dan satu rice cooker berisi nasi putih.

Setelah melihat menu lokal ini, niat awal hanya untuk membeli nasi bungkus pun berubah. Selain bungkus untuk bekal makan siang di jalan, kami juga memilih sarapan di warung tidak bernama yang dijaga oleh seorang ibu paruh baya. Ia ramah dalam melayani kami. Lamban tapi pasti pemilik warung menaruh nasi untuk kami berlima, berikut dua potong Lele masak kuah di piring terpisah. Sebagai pelengkap menu, sepiring Lele goreng juga dihidangkan di tengah meja.

Begitu meja sudah dipenuhi hidangan, kami yang awalnya riuh, spontan diam dan segera menuang menu dalam piring nasi. Lalu mencuci tangan dalam baskom yang juga sudah disiapkan, dan satu persatu kami mulai menikmati hidangan lokal yang menggugah selera. Apalagi kalau perut sedang keroncongan.

Nyata, ingatanku kembali pada beberapa tahun lalu saat masih wara-wiri di kawasan Rawa Tripa. Saat itu menu Limbek nyaris setiap waktu aku makan, baik di warung nasi, rumah warga, atau di tempat aku bekerja. Seketika kenangan itu kubuang jauh-jauh, hidangan Limbek segera kusantap tanpa pikir panjang, mengingat perjalanan juga harus kami lanjutkan.

Selesai sudah, pagi jelang siang itu semua Limbek yang dihidangkan dalam piring pun hanya tinggal tulang belulang. Dan sepuluh bungkus nasi yang dipesan untuk bekal makan siang pun sudah siap, artinya perjalanan sudah boleh dilanjutkan. Kami tidak mau berlama-lama, mesin mobil dihidupkan dan kami segera berangkat.

Maka jika anda berkesempatan datang ke Nagan Raya, tepatnya dalam kawasan Rawa Tripa tidak ada salahnya mencicipi Limbek yang hidup di air rawa. Soal rasanya, lebih baik tidak saya ungkapkan disini, datang dan nikmati, lalu anda sendiri berhak memberi kesimpulan.[]

@pieasant

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now