Cuitan Hati Seorang Anak Nelayan

Desir angin terhempas direrumputan, semilir ombak memacah bebatuan. Aku duduk meratap angan, menunggu gaungan riyak di pantai. Buih-buih bersemai dibayangan rembulan. Bintang-bintang bersinar disunyi malam. Aku menatap keangkasa yang riyang, bebas melihat luasnya pemandangan.
image
Hatiku tidak karuan, gelisah mulai menghantam. Denyut nadi seakan tidak lagi bergetar. aku terperangkap ditepi pantai, Ini bukanlah hidup yang aku nantikan.
image
Aku mulai sadar, bahwa tiada impian yang akan menjadi kenyataan. Semuanya hampa bagai terpadunya angan-angan dan harapan. Aku mulai dikucilkan, bahkan dianggap sebagai pembawa kekacauan. Sungguh ini adalah beban, beban yang tidak mampu dipikul badan. italic
image
Pagi mulai menyapa, lambayan ufuk mulai bersinar. Aku tertidur pulas diatas Pasir yang beratap serumpun pandan. Dikejauhan aku melihat seorang bocah anak nelayan. Dia bermain ria seperti tidak ada hambatan dan beban.
image
Dalam lamunan aku menerawang masa kanak-kanak ku dahulu. Hampir sama dengan bocah itu, bermain dialam bebas dari pagi hingga petang, tanpa ada keluhan dan beban yang aku pikul. Oh ibu, anak mu ini ingin kembali kemasa kecilnya. Gumam ku dalam hati sambil mengingat ibu ku.

@kinetbe

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now