Kata seorang pengrajin tepas buluh, Saiful, 39 tahun, warga Desa Seunubok Jalan, Kecamatan Idi Tunong, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, Indonesia, kepada penulis saat ditemui di rumahnya sehari yang lalu.
Beberapa tahun lalu, di Desa Seunubok Jalan Kecamatan Idi Tunong, Kabupaten Aceh Timur, ada tiga pengrajin tepas buluh. Masyarakat Aceh Timur dan dari Kabupaten/ Kota lainya di Aceh yang membutuhkan tepas buluh untuk dinding rumah atau untuk bahan penahan coran bangunan, sering datang ke desa tersebut untuk membeli tepas buluh. Saat ini di desa tersebut hanya Saiful yang masih bertahan menggeluti usaha pengrajin tepas buluh, sedangkan pengrajin lainya terpaksa gulung tikar karena kesulitan memperoleh buluh yang berkualitas sebagai bahan baku.
Saiful mengaku, usaha karjinan tepas buluh telah digelutinya selama enam tahun. ”Ini merupakan usaha warisan orang tua saya. Jadi saya harus pertahankan usaha kerajinan tepas buluh ini,” ujar Saiful, seraya mengatakan, setiap harinya, Ia bersama sepuluh orang pekerja dari kaum hawa di kampungnya, mampu merajut sebanyak 50 lembar tepas.
Akui Saiful, untuk memperoleh baluh sebagai bahan baku. Ia terpaksa harus berkeliling kawasan pedalaman Aceh Timur. “Dulu dekat kampung kami banyak bahan baku, namun sekarang sedikit sulit untuk mendapatkan bahan baku, bahkan selama ini terpaksa saya beli di kawasan pedalaman dengan harga tinggi dan biaya transportasi yang sangat mahal,” kata Saiful.
Meski demikian, Ia tetap bersemangat mengeluti usaha kerajinan tepas buluh untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya. “Meski di era maju seperti ini, masyarakat dapat mengunakan triplek dengan ketebalan bervariasi, namun peminat tepas buluh juga masih ada,” papar Saiful.
Saiful punya cita-cita untuk mengolah buluh menjadi barang jadi lainya, seperti kursi, keranjang dan bahan jadi lainya. namun, Ia mengaku tidak mempunyai skill atau keahlian untuk itu.“ Harapan saya kepada Pemerintah Daerah untuk dapat memberikan pelatihan kepada kami, agar kami dapat mengolah buluh sebagai bahan jadi lainya yang dapat dipasarkan keluar Aceh atau luar negeri,” harap Saiful.
SALAM KOMUNITAS STEEMIT INDONESIA
By: @ilyasismail