Aver dan Perspektif Pengantar Sanger-nya (Sebentuk Dialog Perjamuan Virtual)

"Rim, kenapa, ya... kalau aku pesan sanger di WD selalu adek cakep itu yang antar? Mungkin karena aku nggak pesan air-putih kaya' orang ini, ya... Hahahahahahaha...," ada nada usil dalam ungkapan Aver saat membuka pembicaraan pagi ini.

"Hahahahahahaha..." Rima menanggapinya dengan tawa lebar.

"Mood-booster buat pagi ini. Hahahahahahaha..." tawa Aver sungguh bernuansa kemenangan.

IMG-20180129-WA0006.jpg
(Force-Perspective)

"Perempuan suka lelaki yang punya unsur bastard, Ver... makanya ada istilah lucky-bastard," celetukku menggoda.
Seorang warga meja-kopi virtual ini tertawa menanggapi ucapanku.

"Masudku mau bilang aku bastard?" Apammm..." sergah Aver gusar.

"Nggak…. Coba tolong fokus ke unsur lucky-nya, jangan unsur bastard-nya, Ver... Sebab seseorang menjadi lucky ketika berpikir bahwa dirinya lucky, demikian juga kenyataan bahwa seseorang akan menjadi bastard saat ia berpikir bahwa dirinya bastard. Aku yakin perspektif seseorang menunjukkan jati-dirinya. BWAHAHAHAHAHAHAHA..." balasku lagi.

"Bahasamu mutar-mutar. Sama aja maksudnya," jawab Aver masih tak terima.

"Kurasa Bang Aver lucky, bukan bastard," sela Mahlizar mencoba menghibur.

IMG-20180129-WA0007.jpg
(Fact)

"Izinkan aku memberikan penjelasan, kawan...
Kerap kali dalam komunikasi, maksud 'pembicara' disimpulkan secara subjektif berupa respon atau reaksi berdasarkan persepsi atau pespektif audiens. Misalnya, seorang dalam sekelompok gadis berkata, "Dia lelaki tua yang kaya raya". Audiens akan menerjemahkannya dengan fokus yang berbeda, sesuai dengan kepentingan dan tendensi masing-masing. Benak seorang gadis-jomblo-miskin akan menyoroti unsur; "lelaki-kaya" saat menyikapi informasi dalam ungkapan tersebut. Sebab ia memendam harapan untuk menjadi istri dari seseorang yang mampu mengentaskannya dari lembah kemiskinan.

Sementara, seorang gadis-kaya-hiperseks lebih aware soal unsur "lelaki tua" karena ia berkepentingan terhadap daya seksualitas seorang lelaki ketimbang harta kekayaannya. Bagi gadis yang satu ini, harta karun dalam cawat seorang lelaki lebih penting ketimbang deretan digit angka di rekening. Demikian, Ver..." pungkasku disambut sebentuk cengiran-masam di wajah Aver.

"Nah... yang paling penting kita bahas itu bukan gadis-kaya-hiperseks atau gadis-jomblo-miskin di atas karena itu cuma contoh. Tapi kita harus memberi perhatian pada sebuah pertanyaan kolektif, 'Apakah Adek-Cantek-Pengantar-Sanger itu punya agenda terselubung dalam tiap missi-nya mengantar segelas sanger untuk Aver?' atau 'Mengapa selalu Adek-Cantek itu selalu bersedia mengantar sanger untuk Aver?'" celetuk Rima bersambut gemuruh tawa para hadirin yang juga virtual.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center