Refleksi Pendidikan Indonesia

Refleksi Pendidikan Indonesia

225px-Flag_of_Indonesia.svg.png

Refleksi pendidikan Indonesia
Perkembangan pendidikan Indonesia harus dicermati, diobservasi dan diantisipasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hasil, manfaat, dan nilai tambah yang dihasilkan.

Kementerian pendidikan selaku lembaga yang mengelola pendidikan Indonesia didaulat untuk mengelola 20 persen APBN, seperti yang diamanatkan undang-undang.

Besarnya anggaran ini perlu diamati, dicemati dan dikawal pengelolaannya apakah sudah benar benàr dikonversi menjadi aktivitas aktivitas bermutu yang sesuai dengan tujuan pragmatis dan tujuan philosofis pendidikan itu sendiri mengingat tuntutan jaman yang sudah tidak sama lagi.

Tampaknya, kementerian pendidikan tergopoh gopoh dan kepayahan dalam menjalankan tugas mulia ini. Memang angka penuntasan buta huruf (litteracy rates) sudah diatas 90 persen. Artinya hàmpir semua orang bisa baca tulis. Wajar sajalah karena pendidikan dasar wajib 9 tahun sudah berlangsung cukup lama. Ditambah lagi penduduk usia tua yang tidak bisa baca tulis sudah hampir KOIT semua. Capaian penuntasan angka buta huruf sampai 100 persen pun hampir pasti dapat terwujud.

Tapi apakah pencapaian seperti ini masih relevan di jaman digital sekarang ini? Yang kita perlukan sekarang adalah melek informasi!!! Kira kira kalau dinarasikan berarti, "kemampuan atau keterampilan menelusuri atau mencari informasi yang dibutuhkan dan menggunakannya untuk kepentingannya sendiri untuk membuat keputusan keputusan penting dalam hidupnya.

Tuntutan untuk menghasilkan generasi yang melek informasi ini semakin mendesak mengingat jaman digital sudah dimasuki, akses terhadap informasi semakin mudah, tsunami informasi tak bisa lagi dielakkan, lautan informasi dimana mana. Bila tidak pintar memilah informasi, ibarat kapal yang ter-ombang- ambing dilautan, mudah termakan berita palsu kalau tidak bisa disebut berita bohong, sehingga mudah termakan isu-isu yang sengaja dihembuskan untuk kepentingan kepentingan tertentu.

Miris juga menyaksikan maraknya pembangunan fisik sekolah negeri ditambah lagi dengan perbaikan kesejahteraan guru negeri terutama di Jakarta tanpa di iringi oleh perbaikan substantif pendidikan itu sendiri. Guru mulai sibuk mengurusi jumlah kamar kontrakan yang bertambah terus atau halaman sekolah beralih menjadi showroom mobil baru akibat peningkatan kesejahteraan yang begitu pesat. Didorong oleh gaji, tunjangan, serifikasi bahkan pungutan sekolah dan tuntutan hadiah dari orang tua murid.

Tujuan pendidikan universal learn to live together, life long learning apa sudah di pedomani, dihayati dan diamalkan?
Esensi dari belajar adalah apa yang tersisa bila sudah tidak mempelajarinya lagi, belajar itu sampai saya bisa berbagi dengan orang lain, apakah sudah di maknai dengan baik?

Pertanyaan dasar seperti ini harus menjadi perenungan insan pendidik, utamanya bagi bapak dan ibu guru semua. Pendidikan bukan sekedar transferring knowledge tetapi lebih dari sekedar itu. Pendidikan utamanya adalah berbagi hidup.

Sadarlah bapak ibu guru. Tobatlah..

Dunia pendidikan Indonesia harus berbenah secara mendasar! Kekacauan ini akan terus berlangsung. Bayangkan! Kurikulum berubah bila berganti rezim! Padahal kurikulum dapat berarti sebagai janji yang diberikan kepada siswa apabila menuntaskan akan memperoleh kualiatas kualitas yang termaktub dalam kurikulum tersebut. Faktanya, kurikulum belum tuntas di jalankan, belum pula dihasilkan alumninya, belum dilakukan evaluasi! sudah dilakukan perubahan kirikulum. mau dibawa kemana pendidikan kita ini?

Padahal tantangan generasi ini jauh lebih berat lagi dibandingkan generasi saya dulu. Pendidikan saya cukup membekali saya untuk berkompetisi pada pasar kerja di level nasional. Tantangan generasi ini adalah pasar kerja global. Yang melakukan terlebih dahulu lah yang akan memenangkan kompetisi yang semakin keras ini.

Satu lagi yang perlu kita ingat bersama. Sejak 31 Desember 2015 kita sudah memasuki pasar bebas ASEAN plus China dll dengan istilah M.E.A. (Masyarakat Ekonomi Asean). Kompetisi semakin ketat. Sudahkan kita mempersiapkan diri dengan baik? Silahkan dijawab masing masing untuk kemanfaatan masing masing pula.

Akhir kata, mohon maaf bila ada kata yang kurang berkenan. Sekedar untuk menajamkan makna saja.

Salam hangat
Hari bagindo @bagindooo

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now