Semangat Menulis Novel

20190709_145706.jpg

Setelah novel Lolong Anjing di Bulan (Blood Moon over Aceh—edisi Inggris yang terbit di Amerika), lama sekali aku tidak menulis. Selama bermukim di Jawa Timur, aku lebih banyak mengeditori naskah nonfiksi. Dalam waktu dekat, buku nonfiksi “Kita Terkadang, Ya, Begitulah” yang kueditori akan segera diterbitkan Gramedia.

Istriku selalu bertanya kapan aku menulis novel lagi. “Aku tidak sabar ingin membacanya,” kata dia. Dia memang selalu menyemangatiku untuk menulis novel lagi. Karena aku malas menulis di laptop, dia pun memberikan buku tulis dan pena yang digunakannya dulu menulis bahasa Arab di pesantren.

Istrilah yang membuatku untuk menulis novel lagi. Selain sebagai istri, dia juga teman yang sering kuajak diskusi. Semua isi hati kucurahkan kepadanya. Tidak ada rahasia. Jika tanpa dia, aku tidak tahu bagaimana aku jadinya. Mungkin aku sudah berhenti menjadi penulis dan hanya menjadi seorang pembaca yang kesepian.

OPSI2.jpg

Aku pun mulai menulis novel baru di buku, yang tokoh-tokohnya orang Jawa dan berlatarkan wilayah Jawa. Yang kurasakan aneh, warna tulisanku tidak lagi seperti dulu. Sekarang durasi penceritaanku pun sangat cepat dengan alur yang berlika-liku, seperti juga alur hidup yang telah kulalui.

Entah karena aku berada jauh dari kampung halaman dan terkadang begitu kesepian karena tidak ada teman akrab, perihal itu mempengaruhi tokoh dalam novelku. Aku sendiri tidak tahu, bagaimana akhirnya cerita yang sedang kutulis ini. Sebagaimana dia, aku juga tidak sabar melihat bagaimanakah hasil novel terbaruku nanti.

Novel yang sedang kutulis ini sudah ditunggu-tunggu penerbit, lho. Sang editor pun bertanya, “Kapan selesainya, Mas?” :)

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now