Musik Sebagai Media Menuju Langit

Segala bentuk keteraturan dan keindahan tersusun di setiap nada tak dapat dilihat namun dapat disiarkan lewat ciptaan Sang Pencipta ke indera pendengaran makhluk-makhluk Tuhan. Dari telinga masuk ke zona pikiran dan diolah hingga diresapi oleh hati. Hati yang telah memahami, bergelora kemudian mengalirkan energi ke raga dan jiwa. Energi yang dimunculkan oleh keteraturan nada tersebut perlahan dapat membujuk sisi emosi merugikan yang bernaung di raga kita. Dengan musik kata-kata dapat dengan jelas dipahami. Dengan musik kata-kata lebih mudah diserap jiwa dan terpatri di dalam hati sanubari makhluk tuhan. Musik merupakan suatu gelombang yang mana gelombang tersebut berasal dari Sang Pencipta. Gelombang tersebut terjadi akibat adanya aksi dan reaksi pada suatu benda maupun pada salah satu komponen tubuh manusia.

Hampir seluruh peradaban di muka bumi ini memiliki khasanah musik sendiri-sendiri. Pada umumnya musik dijadikan salah satu komponen ketika akan dilakukan kegiatan-kegiatan. Musik selalu hadir ketika panen raya, menyembah sang pencipta, ketika mendidik anak dan menidurkan anak, musik juga hadir dalam hal mencari pengetahuan, musik selalu hadir di acara sukur terhadap nikmat dari sang pencipta, musik dapat mengentalkan memori seorang manusia ketika manusia dilanda rindu.

Nada-nada yang indah bukan hanya dapat ditulis di sebuah buku/partiture namun juga dapat ditulis direlung jiwa. Panca indera kita merespon musik dengan seksama, berawal dari indera pendengaran hingga indera perasa. Hal inilah yang menjadikan musik dapat akrab dan mengolah emosi seorang manusia.

Nada yang diserasikan dengan waktu akan menghasilkan sebuah irama-irama yang tepat menggambarkan suatu emosi manusia. Irama yang pelan pada umumnya menggambarkan emosi sedih dan rindu. Irama yang cepat menggambarkan emosi sedang bahagia, suka cita dan semangat yang membara. Musik secara lahiriah bukan lah sesuatu yang maujud sumbernya tidak dapat dilihat bentuk fisiknya tidak dapat dirasakan dan diketahui seperti apa wujudnya. Namun musik dapat jelas dirasakan di dalam hati manusia dan pikirannya detail menggambarkan semesta emosi seorang penikmat musik. Dimensi musik seperti menyelimuti menjadi polygon bagi sumbu-sumbu semesta ini. Dapat dirasakan di sumbu x, terasa di sumbu y dan dapat juga dirasakan di sumbu z.

Tanpa kita sadari musik telah menyatu di dalam kehidupan kita. Detak jantung yang memiliki tempo teratur, langkah kaki yang seimbang ketika tercapai harmonisasi tempo antara kaki kiri dan kanan dan banyak contoh lagi. Bagi sebagian ahli kitab musik dimasukan kedalam klasifikasi haram dianggap musik merusak iman dan ketakwaan seseorang. Sebagaian ahli kitab yang lain mengganggap musik bukanlah suatu yang haram. Perbedaan ini kalau kita analogikan sederhana. Musik dianalogikan sebagai pisau yang mana pisau tersebut dapat digunakan untuk melukai diri sendiri atau untuk menyajikan masakan kepada diri sendiri dan orang-orang disekitar kita. Pendapat saya, seandainya musik dapat melalaikan kita dalam beribadah, berarti hal yang perlu dihindari itu ialah sifat lalai tersebut bukan musiknya. Sifat lalai itu terjadi dikarenakan sifat ketamakan dan berlebihan dalam menyikapi sesuatu. kalau anda dapat dilalaikan oleh musik saya yakin selain musik anda juga dapat dilalaikan dari mengingat sang pencipta.

Bagaimana kita bisa mengaramkan musik kalau semesta ini diciptakan oleh Sang Pencipta dengan musik? Ada musik yang perlu dihindari dan hal itu dapat anda gali sendiri, musik apa yang bagi anda perlu hindari misalnya musik yang menghasut kepada syirik ke Sang Pencipta, musik berbau pornografi atau musik-musik yang mengajak kepada kerusakan. Namun janganlah anda langsung menghakimi kalau ternyata ada yang tidak menghindari musik tersebut. Hal ini karena masing-masing manusia memiliki rasa dan pikiran yang berbeda-beda mungkin saja dia suka dengan nada dan irama musik tersebut walau mendengarkan tapi tidak melakukan perbuatan kerusakan tersebut. Mungkin juga sang musisi ingin menguji umat yang beriman dengan melemparkan dirinya menjadi kaki tangan Iblis untuk menjadi katalisator dalam merusak iman seseorang, mungkin saja.

Musik memang disiarkan oleh benda maujud ataupun oleh manusia sendiri, seperti-sepertinya musik dihasilkan oleh manusia namun sejatinya musik itu hanya gelombang keteraturan nan indah yang dititipkan Sang Pencipta kepada kita. Janganlah kita menjadi fanatik kepada sang komposer yang dititipi musik. Namun, fanatik lah kepada kekuasaannya Sang Pencipta. Seandainya hal ini dapat kita pahami maka musik tersebut dapat anda sadari kalau musik dapat mengangkat anda ke langit menyaksikan kebesaran Sang Pencipta.

Mari kita uji diri kita kalau seandainya musik kelemahan anda untuk menuju Sang Pencipta mari kita tingkatan level ketakwaan kita kepada Sang Pencipta anda boleh saja menghindari asalkan sesuatu yang mengganti peran musik di dalam hidup dapat menggiring anda kepada jalan yang dulu disediakan musik untuk anda menuju langit. Seandainya anda mendapatkan sesuatu tersebut yang dapat mengganti peran musik, janganlah dengan cepat menyimpulkan kalau orang-orang yang tidak sependapat dengan anda itu akan dibenci Sang Pencipta dan utusannya. Seandainya anda berpikir seperti itu mungkin sesuatu yang menggantikan musik di dalam hidup anda masih belum dapat mengalahkan ketulusan musik dalam mengolah jiwa dan emosi anda menuju Sang Pencipta.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now