Lautan Buku Sang Guru

image

Dua hari lalu tepat pada Kamis, 1 Februari 2018 aku dan beberapa temanku memutuskan untuk bertandang ke "rumah keilmuan" kami, Program Studi Antropologi Unimal. Tujuannya adalah untuk mencari informasi terkait pengurusan KRS dan tentu perihal tugas akhir yang mulai dirindui nasibnya. Setelah berpeluh menerjang teriknya pukul 11 siang. Akhirnya kami tiba di prodi yang terlihat cukup lengang karena bertepatan dengan masa libur kuliah. Merasa bosan, kami memutuskan berpindah sebentar ke ruang sebelah yang merupakan laboratorium sekaligus mini museum. Untunglah kami dipertemukan dengan beberapa alumnus yang kebetulan juga tengah duduk bersama di ruang tersebut. Finally kami bercakap ria.

image

Namun sebelum itu, diluar kehadiran mereka. Justru ada satu hal yang lebih memiliki daya pikat dan menarik perhatian kami sejak pertama kali menginjakkan kaki di museum. Tumpukan buku terlihat menggunung di beberapa sudut. Beberapa masih terikat rapi dan sebagian lagi sudah terurai menjadi satu-satu buku dengan judul beragam. Berpuluh warna bersinergi membentuk satu kesatuan yang tak kumengerti entah mengapa mampu menyihir sepasang mataku untuk mengagumi mereka. Belum lagi design sampul mereka yang tak kalah menggoda. Ah, langsung saja nafsuku untuk memegangi mereka membuncah. Hingga berujung pada keinginan untuk meminjam dan menelanjangi isinya.

image

Akan tetapi, belum juga sempat aku berucap. Dengan secepat kilat salah seorang senior yang bertanggung jawab akan buku-buku tersebut langsung menangkap niatku dan menekankan bahwa buku-buku ini belum boleh dipinjam. Siapa lagi kalau bukan Bang Ardi sang legend sekaligus mambang prodi. Lucunya, beliau berucap sambil menahan tawa karena merasa geli dengan tingkah kami yang terlampau berapi-api membedahi tumpukan buku. Tentu, alasannya karena semua sumber keilmuan ini belum didata dan disusun pada tempatnya. Ah, benar juga. Kami mundur perlahan. Walau tak jarang beberapa menit kemudian kami menggodanya kembali. Namun, lagi pahit harus kami telan karena beliau termasuk sosok yang cukup mampu menjaga amanah.

image

Usut punya usut ternyata harta karun ini adalah milik sang guru. Dosen sekaligus Ketua Program Studi yang sering melanglang buana menyelami beberapa sudut dunia. Apalagi kalau bukan karena keahlian dan minat beliau di bidang terorisme dan sejenisnya (begitu yang kuketahui). Ya beliau adalah Pak Alchaidar. Tak kusangka beliau memiliki warisan ilmu sebanyak ini. Bahkan sebelumnya aku pernah sekali bertandang ke ruang kerja beliau terkait tugas bersama salah seorang teman. And you know! Aku menemukan berjejer lemari penuh buku menjulang hingga ke langit-langit ruangan. Terlebih lagi rak tersebut memeluk penuh sekeliling ruangan. Wow! Aku sempat ternganga. Karena jujur saja, there is no special ketika aku melihat ruang beliau dari luar pintu. Namun ketika aku memasukinya. Jeng jeng.. Welcome to the paradiseee!

image

Yah.. dari sini aku menangkap bahwa mungkin memburu dan mengoleksi buku adalah hobi guruku satu ini. Semakin kuat pandanganku ketika Bang Ardi berstatement, "Kalian tahu, kehilangan satu buku saja sudah seperti kehilangan sepetak tanah bagi Pak Al." Wah! Langsung saja aku mengangguk faham dan mendadak jinakšŸ˜‚. Kini kuyakin betapa berharganya mereka. Walau tentu, bukan sekedar mengoleksi. Aku berani jamin beliau juga cukup menguasai isi dari sebagian besar buku-buku tersebut. Terbukti dari isi diskusi kami baru-baru ini. Walau berjalan sekitar dua jam namun berasa hanya beberapa menit. Pak Al cenderung mendengarkan pendapat kami sebelum mengemukakan penjelasannya dan meluruskan sesat nalar yang sebelumnya memenuhi kepala. Inilah yang kemudian membuat kami para mahasiswanya cepat tangkap. Padat dan berisi sampai kenyang namun tak pernah merasa puas. And you know.. Beliau menyampaikan beragam keilmuan tersebut secara fasih no take book. Nah ini nih yang kumaksud dengan implementasi dari bagaimana beliau menguasai isi koleksinya. Bahkan diskusi kami tak jarang dibumbui dengan sedikit penjelasan terkait terorisme dan politik yang menjadi keahliannya. Jadi nambah ilmu lagi deh! Yah begitulah kira-kira yang dapat kugambarkan dari pengalaman sharing yang pernah kami jalani tempo lalu.

image

Akankah aku memiliki buku sebanyak ini di usia beliau nanti?

Sebaris kalimat di atas terus memenuhi kepalaku pasca melihat buku-buku tersebut. Bahkan kudengar ada lagi buku lainnya yang masih tersimpan. Lagi, aku tak berhenti berdecak kagum dan hanya bisa berwow ria. Pesimistis sempat nyempil di dada. Ah.. Jangankan mengoleksi, hingga hari ini saja aku tergolong mereka yang masih ngikut mood buat baca buku. Semangatnya waktu baca novel teenlit atau ngewebtoon doang. Arghh.. Mungkin punya buku sebanyak ini hanya ilusi bagiku. Hufth! But.. Apa salahnya mencoba? (Mendadak optimis). Toh mencoba juga tak dilarang. Paling harus berbekal dompet gendut atau modal lainnya agar rak terisi penuh. Uyeaaah akhirnya aku mulai berkomitmen pada diri sendiri untuk lebih meningkatkan minat bacaku. Karena dengan begitu, hasrat memiliki buku lainnya akan terus meningkat. Semoga!

Salam hangatā¤
@putrianandass

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now