Orang-orang Belakang Layar dalam Catatan Asian Games

image

Tak terasa ajang bergengsi Asian Games 2018 sudah berakhir. Indonesia yang dipercaya sebagai tuan rumah telah menjalankan tugasnya dengan baik. Menjadi penyelenggara yang ramah, dapat membuktikan kualitas karya anak bangsa, serta menampilkan keberagaman nusantara sebagai kekuatan dari pada energi Asia.

Keberhasilan Indonesia kian terasa lebih sempurna bukan hanya penyelenggaraannya berjalan baik dan lancar, melainkan seiring sejalan dengan prestasi yang ditorehkan. Indonesia, menepati urutan ke-4 dari total 45 negara yang ambil bagian pada ajang Asian Games 2018, dengan rincian raihan 31 emas, 24 perak dan 43 Perunggu. Total 98 mendali berhasil diamankan tuan rumah.

image

Atas keberhasilan dan kesuksesan yang telah didapati, ada banyak orang-orang yang terlibat didalamnya. Yang kadang, mereka jauh dari lensa kamera, sepi dari goresan pena pers. Apresiasi bagi mereka patut diberikan setinggi-tingginya! Terimakasih relawan, suporter, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Pekerja Infrastruktur, Pekerja kebersihan Jakarta-Palembang serta pekerja transportasi Jakarta-Palembang, dll. Tanpa kehadiran dan sumbangsih mereka sungguh Asian Games tidak akan meraih kesuksesan.

Bagi Volunteer (relawan), bekerja tak kenal lelah menunaikan tugasnya masing-masing. Mereka adalah tangan terdekat yang memeluk atau menjembatani segala keperluan atlet pun kontingen. Sejumlah 'ribuan' orang relawan baik dari dalam maupun luar negeri telah menunaikan tugasnya sebagai ujung tombak yang paling menyasar segala kebutuhan primer dalam pagelaran ini.

Suporter, dengan segala kerelaan yang disusupi kegilaan tak pernah lelah untuk datang menyaksikan pertandingan. Sorakan para suporter adalah pelecut yang mampu mendongkrak semangat para atlet. Koreografi yang diperagakan menjadi wajah manusia Indonesia dengan aura kreatif yang terlihat di mata dunia. Sedangkan militansi, tak pernah lelah berteriak hingga suara parau, sabar dalam setiap antrian menuju venue ialah perlambangan patriotisme heroik, yang kadang hanya dipandang pinggiran.

image

Marchendais, buah tangan, aksesoris maupun segala pernak-pernik bertemakan Asian Games merupakan sumbangsih dari pada UMKM Indonesia. Memanfaatkan momentum, menjajakan produk berkualitas dengan kreativitas tak biasa, nyatanya telah menggerakkan roda perekonomian bangsa. Yang akhir-akhir ini sedang tidak benar-benar sehat. Dalam setia event, selain persoalan prestasi, urusan pemasukan (uang masuk) juga bagian daripada target. Entah itu masyarakat, lebih-lebih daerah (Jakarta-Palembang) dan negara (Indonesia).

Para pekerja infrastruktur tak pernah surut kinerjanya untuk menyelesaikan setiap tanggungjawab yang ada. Segala infrastruktur yang telah terbangun untuk Asian Games, apapun itu, terutama vanue adalah buah kerja mereka. Selain prestasi yang dapat dibanggakan sebagai catatan harum dalam sejarah ke-olahraga-an, infrastruktur tersebut amat berguna bagi tumbuh-kembangnya olahraga di tanah air. Fasilitas yang ada merupakan warisan penting yang kasat mata dan dapat dimanfaatkan jangka panjang. Hanya saja, perlu komitmen dan pola pikir yang sehat untuk merawat dan menjaga.

Pekerja kebersihan, siang dan malam saling silang shif bekerja optimal. Memastikan kebersihan tetap terjaga baik. Minimal, selama Asian Games berlangsung. Pekerjaan mereka tidaklah remeh, menginggat masih rendahnya minat dan kedisiplinan untuk menjaga kebersihan di kalangan masyarakat kita, setidak-tidaknya tidak membuang sampah sembarangan. Andailah para pekerja kebersihan sikap dan memunggungi tugasnya, ketidakbersihan adalah aib yang tidak hanya ditanggung para pemangku kepentingan bangsa dan elit otoritas Asian Games, melainkan citra negara. Persoalan kebersihan adalah pertaruhan -maaf- "dalaman" kita.

image

Salah satu tantangan terbesar saat Asian Games dipercayakan Indonesia sebagai tuan rumah, perihal kemacetan. Jakarta terkenal sebagai daerah paling macet di dunia, sedangkan Palembang yang notabene salah satu kota terbesar di nusantara juga mengalami hal yang sama. Selama Asian Games, pekerja transportasi baik sopir, dll serta otoritas terkait seperti dinas perhubungan menjadi playmaker demi kelancaran transportasi. Tanpa mereka, mungkin dengan mudah kita akan membaca di media protes dari negara kontingen tentang atlet mereka yang gagal bertanding hanya karena terlambat.

Kesemua mereka hanyalah rangakaian kecil dari fazel besar Asian Games 2018. Totalitas tanpa batas, dedikasi tanpa henti telah sama-sama diperagakan. Mereka tak ubahnya bagian belakang cermin yang tak tampak tapi selalu dilihat. Bahwa wajah yang tampak di depan cermin dengan kaca, ada bagian belakang yang menutupimya agar tak bening, agar tak tembus, tanpa itu sungguh wajah tak pernah ada pantulan di hadapan cermin.

image

Di atas segalanya, satu hal yang pasti, di balik segala kegemerlapan yang tampil, selalu saja ada unsur kecil yang penting tapi tak pernah diseriusi. Tanpa sorot kamera, mungkin merekalah cahaya itu. Tanpa goresan pena pers, mungkin merekalah tintanya. Tanpa panggung, sungguh merekalah penyangga berupa tongkat dan tiang dalamnya. Dalam hidup, dalam acara, dan dalam apapun orang-orang tak terlihat, belakang layar yang mengurusi dapur, adalah mereka yang jarang kita tepuk-tangan-gi.

Terimakasih kepada semua mereka, orang-orang hebat yang mungkin tanpa nama besar, atas sumbangsih mereka lah Asian Games 2018 sukses dan mendapatkan pujian dari banyak negara. Andai saja ada mendali lebih, bolehlah bangsa ini mengalungkan mereka penghargaan itu. Salam penuh tepuk tangan, selaksa puja-puji dan rasa syukur saya dan (kami) hanturkan kepada semua mereka.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center