Tradisi Dalong di Tanah Rencong

image

INDONESIAN

Masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam memiliki adat istiadat yang istimewa dalam perilaku sosial dan agama. Dalam hal ini ada sebuah ungkapan masyarakat Aceh "Hukom ngeun adat hanjeut cre lage zat ngeun sifeut". Artinya adat dengan hukum syariat islam tidak dapat bisa dipisahkan seperti zat dengan sifat.

Adat istiadat Aceh banyak sekali terdapat keunikan tersendiri, dan menjadi daya tarik (perhatian) dari masyarakat luas. Bahkan ada sebagian Warga Negara Asing (WNA) yang masuk ke Aceh untuk melakukan penelitiannya tentang adat istiadat dan budaya masyarakat Aceh umumnya. Dimana Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keistimewaan baik dibidang syariat islam, adat, otonomi khusus (otsus), Partai Lokal (Parlok), hubungan internasional, juga beberapa hal lainnya.

Namun, diantara sekian banyaknya kekhususan yang dimiliki Aceh, ada hal unik seperti yang sering didapatkan ketika dilakukan adat atau prosesi upacara perkawinan dan kegiatan serupa lainnya. Barangkali prosesi pesta perkawinan (pernikahan) itu juga terdapat hal yang sama di daerah lainnya selain Aceh, tentunya banyak pula terdapat perbedaan yang dilakoninya.

Untuk di Aceh sebut saja salah satunya adalah upacara peusijuk (tepung tawari/sempena), ini dilakukan setiap ada kegiatan adat seperti pesta perkawinan, penyambutan tamu (tanda kehormatan), sunat rasul, aqiqah anak, orang akan naik haji dan sebagainya.

Upacara peusijuk juga dilakukan ketika adanya pergantian seorang pejabat atau pemimpin daerah, baik tingkat kepala desa hingga gubernur khususnya di Aceh.Selain itu, jika dilihat dari prosesi perkawaninan adat Aceh bahwa ada sesuatu hal yang tidak bisa ditinggalkan seperti menyiapkan makanan atau kue khas Aceh untuk kedua mempelai yang jarang ditemukan diluar kegiatan tersebut.

image

Nah, kue yang dimaksud itu diisikan ke dalam dalong (talam) yang dikemas dengan hiasan kain pernak-pernik pelaminan yang begitu indah dan menarik. Sebutan dalong tersebut sangat dikenal masyarakat luas khususnya di tanah rencong (Aceh), seakan jika tidak ada dalong rasanya kurang lengkap adat yang dilakukan tersebut.

Mungkin sebagian diantara kita masih menimbulkan rasa penasaran tentang isi di dalam dalong. Seperti yang telah disebutkan diatas adalah kue, kue apa sajakah itu? Tentunya adalah kue khas Aceh diantaranya dodoi (dodol), meuseukat, keukarah, halua, wajeb, thimpan serta beberapa jenis kue kering lainnya.

Bahkan kedua pihak mempelai ada yang menyediakan dengan jumlah dua dalong (talam), tergantung kehendak masing-masing. Diantara keluarga besar mempelai pria dan wanita merupakan saling melengkapi untuk melestarikan adat istiadat Aceh itu sendiri.

Namun dalong tersebut juga terdapat saat perayaan maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Tetapi isinya (dalong) berbeda dengan acara pesta perkawinan, dalam rangka memperingati maulid nabi lebih diprioritaskan untuk dihidangkan makanan kepada para anggota zikir yang biasa dilakukan di meunasah (surau) setiap desa di Aceh. Maka dalong itu difungsikan sebagai wadah penyimpanan makanan atau nasi serta lauk-pauk di dalamnya.

Satu dalong diperuntukkan untuk satu rombongan, makanan harus dihabiskan. Jika ada empat rombongan zikir, maka terdapat empat unit dalong yang disiapkan pantia kenduri maulid. Dan selebihnya juga disediakan nasi kotak (bungkus) beserta makanan ringan lainya.

Barangkali inilah sedikit ulasan saya tentang fungsi dalong (talam), dan adat peusijuk (tepung tawari/sempena) di Aceh.

Jika ada terdapat kekeliruan mohon diluruskan sama-sama, terimakasih.


ENGLISH

Dalong Tradition in Rencong Land

The people of Nanggroe Aceh Darussalam have special customs in social and religious behavior. In this case there is an expression of the people of Aceh "Hukom ngeun adat hanjeut cre lage substance ngeun sifeut". This means that customs with Islamic syariat law can not be separated like a substance with properties.

The customs of Aceh are so many unique things, and the attraction (attention) of the wider community. In fact there are some Foreigners (WNA) who go to Aceh to do his research on the customs and culture of the people of Aceh generally. Where Aceh is one of the provinces in Indonesia that has a special good in the field of Islamic law, customs, special autonomy (otsus), Local Party (Parlok), international relations, as well as several other things.

However, among the many specialties that Aceh possesses, there are unique things that are often obtained when customs or processions of marriage ceremonies and other similar activities are performed. Perhaps the wedding party procession (marriage) is also the same thing in other areas other than Aceh, of course there are many differences that dilakoninya.

In Aceh, one of them is the ceremony of peusijuk (tepung tawari / sempena). This is done every custom activity such as wedding party, reception of guest (honorary sign), circumcision of rasul, aqiqah child, people will go to hajj and so on.

Peusijuk ceremony is also conducted when the change of an official or regional leader, either the level of village head to the governor, especially in Aceh.Selain, when viewed from Aceh adat procession that there is something that can not be abandoned such as preparing food or cake typical Aceh for the second The bride is rarely found outside of such activities.

Well, the cake in question is filled into the dalong (talam) packed with decorative fabric trinkets so beautiful and interesting. The name of dalong is very well known by the wider community, especially in rencong (Aceh) land, as if there is no dalong it seems incomplete.

Maybe some of us still cause curiosity about the content inside dalong. As mentioned above is the cake, what cake is it? Of course, the typical Aceh cakes include dodoi (dodol), meuseukat, keukarah, halua, wajeb, thimpan as well as some other types of pastries.

Even the bride and groom there are providing with the amount of two dalong (talam), depending on the will of each. Among the extended families of the bride and groom are complementary to preserve the Acehnese customs themselves.

But dalong is also present during the celebration of the Prophet Muhammad SAW mawlid. But the content (dalong) is different from the wedding feast, in order to commemorate the Prophet's mawlid prioritized to be served food to the members of the dhikr usually done in meunasah (surau) every village in Aceh. So dalong it functioned as a container storage of food or rice and side dishes in it.

One dalong is reserved for one group, food must be spent. If there are four entourage of remembrance, then there are four units of dalong prepared pantia kenduri maulid. And the rest is also provided rice box (wrapper) along with other snacks.

Perhaps this is my little review of dalong (talam) function, and custom peusijuk (flour tawari / sempena) in Aceh.

If there is a mistake please straighten out altogether, thank you.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center