ACEHNOLOGI (VOLUME 3, BAB 23) : JEJAK SPIRIT ACEH

IMG_9045.JPG

Tentu saja, sesuatu yang dimaksud dengan spirit disini bersifat abstrak dan pastinya tidak mampu dijelaskan secara realitis atau logis. Banyak istilah-istilah yang melahirkan spirit di Aceh dari zaman dahulu, seperti krue seumangat. Istilah ini berbagai macam persepsi, jika menurut petani artinya yaitu mengacu pada angin. Kemudian, bagi yang memberikan seumangat, yaitu memberikan kembali kekuatan yang penuh semangat.
Selanjutnya ada istilah meugure atau meununtut ilme. Spirit semacam ini dianggap old fashion dan hal-hal yang tidak masuk akal oleh masa kini. Padahal prinsip dasar dari spirit ini menghasilkan nilai-nilai, keyakinan, dan tradisi intelektual.
Kemudian, ada lagi spirit beureukat (blessed/berkat), inilah konsep dasar masyarakat Aceh mencari pengahasilannya. Masyarakat perkotaan tidak terlalu memikirkan hal ini karena pada dasarnya mereka berbeda dalam konteks ruang dan waktu, kemudian juga disibukkan dengan mencari penghasilan. Namun, masyarakat pedesaan pada kebanyakannya mulai mencari penghasilan dengan model yang cepat. Dalam hal ini, endatu mengungkapkan beberapa system berpikir orang Aceh tempoe doeloe : “Buet ube buet, seumbahyang bek tinggai, atra gob takuet” (kerja sekerjanya, shalat jangan tinggal, milik orang disikat). Kemudian ada ungkapan yang menyatakan sindiran terhadap system kerja masyarakat Aceh, yaitu : Aneuk yang meutuah (anak yang baik); Tabri rumoh dipeugot keu rangkang (dikasih rumah dijadikan rangkang); Tabri lampoh dipeugot ke blang (dikasih kebun dijadikan sawah); Tabri inong dipeugot keu jalang (dikasih perempuang dijadikan wanita jalang). Dan banyak lagi nasehat endatu mengenai mengelola harta yang baik.

File_002.png

Selanjutnya, spirit ini menjadi kunci agar orang Aceh mampu mensinergikan nilai perjuangan dan kebudayaan. Contohnya, ketika Aceh melawan Belanda, para ulama mengambil perang sabil sebagai spirit. Hikayat Prang Sabi inilah yang menjadikan pejuang Aceh mampu menghadirkan di dalam dirinya spirit yang menggelora untuk melawan Belanda. Hingga kini pun hikayat prang sabi ini sangat mudah kita temui, karena sudah ada yang dituangkan dalam lagu. Meskipun begitu, tetap saja ketika mendengarkannya sambil menghayati dari kata pertkata membuat kita semangat.

File_001.png

Jejak spirit Aceh juga berkaitan dengan sistem kosmo. Seperti yang kita tahu bahwa Aceh sendiri tidak terlepas dari Ulama dan Kesultanan. Dimana Ulama dan Sultan ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat Aceh dengan simbol alam (tanah/ laut). Seperti Abu Tanoh Abe, Abu Tanoh Mirah, Abu Kuta Krueng, Abu Panten, Abu Krueng Kale, Abu Bakongan, Teungku Chik Di Tiro, dsb. Ulama sendiri memiliki otoritas di daerah nya sendiri dan masyarakat pun patuh sehingga tata kehidupan masyarakat Aceh sangat teratur, hingga kini kita bisa membaca karya sastra ulama-ulama terdahulu seperti hikayat yang menciptakan spirit, ketika berperang spirit dari ulama ini menjadi ideologi jihad. Dan sultan memberi otoritas terhadap ulama dalam hal berjidah, sungguh sangat berkaitan satu sama lain, dan juga di istana mengatur dengan UU atau AMA (adat meukuta alam).

Meskipun ketika Aceh dari NANGGROE menjadi DAERAH ini sendiri atau menjdi bagian dari NKRI merubah fungsi Ulama dan Sultan hanyalah sebagai simbolik, dan AMA tidak lgi berlaku dalam mengatur masyarakat Aceh dan jika mereka berperan pun tidak boleh melewati batas atau tidak sejalan dengan pemerintah.
Hal ini menyebabkan hilangnya spirit Aceh terhadap masyarakat Aceh. Dan ketika ditarik atau diambil kembali spirit tersebut cenderung dianggap “separatis”. Seperti hal yang dilakukan oleh Tgk Chik Di Tiro sejak tahun 1976 ketika ingin membangkitkan kembali spirit Aceh, dan menyebabkan konflik yang orang Aceh sendiri menjadi target operasi untuk pisah dari NKRI.
Ini juga yang bisa menjadi alasan kuat atau dampak dari pembangunan Aceh yang tertatih.

Untuk memahami orang Aceh sendiri, Islam harus dilibatkan.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now
Logo
Center