Acehnologi bab 13 : KONTRIBUSI CHRISTIAAN SNUOCK HURGRONJE DALAM STUDI ACEH

Dalam bab ini akan dibahas tentang seseorang yang sering terdengar bagi rakyat Aceh. Ialah Snouck Hurgronjea adalah seorang ilmuan yang berasal dari Belanda yang sampai saat ini masih menimbulkan kontroversial dan juga ia menguasai 15 bahasa dengan cara pendekatan antropologi.
Di satu sisi Snouck Hurgronje harus diakui sebagai pelaku dan pencatat sejarah yang telah memberikan sumbangan paling berharga dalam memahami lika-liku politik pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. dan di lain sisi, orang sampai sekarang, hari ini, masih mencaci-maki Snouck karena dia di anggap telah mempermainkan agama Islam untuk kepentingan politik Kolonial Belanda di Indonesia termasuk di Aceh. Namun, begitu diceritakan mengenai Snouck di aceh, maka lalu lintas informasi mengenai sosok ini tidak begitu dipahami perannya, terutama sarjana ini merupakan salah seorang peneliti antropologi. Karena itu, Snouck sebenarnya telah berhasil menciptakan situasi baru sejarah Aceh. Karena begitu kuatnya pengaruh Snouck di kalangan para sarjana barat, sehngga hampir tidak ada ruang baginya untuk dikritik sebagai salah seorang ilmuwan, khususnya dibidang antropologi agama.

Dalam bagian ini dibahas tentang apa saja yang dilakukan oleh Snouck ketika menjadi penasehat penjajah. ada beberapa nasihat dari Snouck untuk Aceh ketika perang masih berlalu. Yaitu, Pengelolaan kas-kas setempat harus diikat oleh peraturan-peraturan yang keras dan diurus dengan baik oleh gubernur supaya peraturan tersebut ditegakkan dengan cermat. Lalu, di wilayah-wilayah kecil dimana penindasan dan perlawanan masih terjadi, sehingga diperlukannya perwira untuk menjalankan pemerintahannya. Dari nasehat diatas, Snouck pada saat itu menggambarkan kejadian-kejadian yang ada di Aceh. Dan dia juga ingin menertibkan Aceh.

Studi-studi keislaman yang dilakukan oleh Snouck memang sangat memberikan pengaruh terhadap kontrol pemerintah bagi masyarakat pribumi di Indonesia. Terkait dengan Aceh, Snouck memberikan beberapa masukan yaitu untuk memilih Letnan Kolonel Van Daalen. Snouck mengatakan bahwa tidak ada seorang perwira menengah pun yang pada saat ini memiliki pengetahuan tentang aceh yang mendekati pengetahuan Letnal Kolonel Van Daalen telah diperoleh dalam keadaan yang sangat langka. Adapun durasi Snouck berada di Aceh, menurut penuturannya adalah dari Juli 1891 dampai Februari 1892. Jadi, dia tiba di Aceh setelah hampir 18 tahun terjadi peperangan.
Itulah salah satu potret kecil Snouck dan pengaruhnya terhadap Aceh ketika perang berkecambuk, antara Aceh dan Belanda. Snouck sebenarnya ingin umat Islam yang lebih rendah peradabannya harus tunduk kepada pemerintahan Eropa yang kuat. Ajaran inilah yang hendak ditanamkan pada warga Aceh. Konsep dan tawaran Snouck pada prinsipnya adalah untuk menukarkan paradigma atau kerangka piker warga Aceh terhadap narasi identitas dan sosio-historis yang melekat pada etnik ini.

Dari uraian mengenai kontribusi Snouck, tampak bahwa Aceh telah hampir satu abad lebih dibajak oleh sarjana ini. Inilah satu alasan kuat, mengapa Acehnologi perlu dibangkitkan untuk meluruskan beberapa hal yang telah dibelokkan oleh Snouck. Pada bab ini perlu ditegaskan bahwa sebagai orang Aceh, tidak perlu melawan dominasi pengaruh Snouck, tetapi melalui ilmu sosial dan humaniora, pendapat-pendapat Snouck tersebut paling tidak dapat dibawa pulang ke Eropa dan tidak lagi dapat dijadikan satu satunya kacamata di dalam mempelajari Aceh.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now