Sebagian orang tentu menganggap burung dara adalah peliharaan prang di perdesaan. Namun, apa jadinya jika burung dara ini dijadikan teman untuk ngopi atau bersantai, apalagi dengan panorama alam yang masih alami.
Mursalin naganraya membuat gedung tua miliknya yang terletak di perbukitan kabupaten Aceh Besar, Aceh, menjadi tempat ngopi, sekaligus lokasi wisata edukasi bagi masyarakat.
Di tempat ini, pengunjung bulan sekedar menikmati kopi, tapi jugak di temenin ratuaan burung dara, yang siap menyambut wisatawan jika berkunjung l.
Marsulin mengatakan l, lokasi wisata taman burung dara ini baru saja dibuka dua minggu lalu. Ia terinspirasi dari kejinakan burung dara dengan manusia yang berada di luar negeri. Sehingga, melalui ide kreatifnya, ia coba mengombinasikan antara keindahan burung dara menyatu dengan manusia, pemandangan alam dan kuliner.
Burung dara itu iya belik dan kumpulkan dari pedagang. Takbutuh waktu lama bagi marsulin untuk menjinakannya. Hanya selang empat hari, ratusan burung tersebut sudah menyatu dengannya dan masyarakat yang berkunjung.
Merpati itu benar-benar jinak. Kejinakan burung dara ini, kita coba kombinasilan sengan keindahan alam yang masih alami dengan kuliner tradisional khas Aceh Besar, seperti ayam tangkap, sie reuboh, dan lainnya, yang nantinya akan kita sajikan sebagai menu andalan.
Meski belum beroprasi sepenuhnya, namun antusias masyarakat yang ingin mengetahui lokasi ini cukup tinggi. Katta mursalin, saat awal pusiujuek ( tradisi tepung tawar dalam adat dan budaya Aceh) sudah banyak orang yang datang.
Bahkan, setiap pengendara yang melintas daerah itu menyempatkan diri untuk menikmati pemandangan di tempat wisata burung dara ini. Sehingga, pihaknya sempat kuwalahan ketika pengunjung membludak. Sebab, Pihaknya baru saja menyelesaikan ornamen pendukung di lokasi wisata tersebut, dan menyajikan menu seadanya.
Setiap orang melintas pasti singgah, lalu memesan kopi dan bersantai. Mau tidak mau ya harus kita layani meskioun ini belum beroperasi sepenuhnya.