Mengeja RIndu

Kusimpan tentangmu didalam doaku, kutuliskan rindu di dalam setiap sajak-sajakku. Ku dekap erat bayangmu di sudut-sudut puisiku. Dan mengejanya satu persatu. Ya, teruntuk kamu, sudah sampai manakah kamu mengeja rinduku? Saat Tuhan belum mengizinkan kita untuk bersatu.

Saat kita masih dibatasi oleh sesuatu yang bernama jarak. Saat itulah kita diharuskan untuk tidak berjarak. Aku mengakui, ujian hati adalah ujian terbesar yang diberikan oleh Sang ilahi. Bagaimana tidak? Saat rinduku masuk menyelinap kedalam setiap rongga-rongga pori-poriku. Dan menembus cepat direlung hatiku, apa yang kurasa. Sesak. Ya, nafas ini seakan tak beraturan.

Kala waktu juga ikut mempermainkan. Dan pada akhirnya rinduku menang. Sebab itu, lekas aku langitkan tentangmu dan juga rinduku. Agar Sang Pencipta tak memurkai diriku. Karena sebenarnya Ia lah Sang Pemilik rindu itu. Rindu dari segala rindu, sebab rindu juga diciptakan olehNya. Maka dari itu ku kembalikan lagi kepadaNya. Lantas biarlah aku masih mengeja satu persatu aksara yang masih belum kutemukan ujungnya.

Dan, biarkan aku ada dalam lingkaran pemantasan dan penantian. Sampai pada saatnya aku akan ditemukan dan dipersatukan, oleh ketetapan yang sudah ditetepkan yang aku rindukan. Saat Sang Pencipta sudah mengizinkan. Dan semesta pun turut merekam. Dan ya, teruntuk rindu yang masih bisa menekamku kapan saja. Biarkan aku masih tetap mengeja.

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
Join the conversation now