sikulipena

Cinta itu tak perlu dikejar, pun tak perlu dicari. Untuk apa ? Buang-buang stamina saja, apalagi sampai berharap segitunya. Jangan kau nodai alur kehidupanmu dengan hal yang tak penting. Jika memang sudah

Baiklah kawan, tanpa berpanjang lebar aku ingin mempersembahkan sebuah tulisan singkat. Semoga bermanfaat. Seburuk apa pun tulisanmu janganlah malu memperkenalkannya ke ruang publik. Justru dari sanalah

Sore itu adalah hujan dipenghujung tahun dan pertama kalinya kita berjumpa. Kau berlarian menuju halte dan berdiri kedinginan di sampingku. Sejenak kita saling bertatap sebelum memasuki mulut pintu bus

Dihapus

Kalau dicari mudah saja kata lelaki itu Namun suara hati telah menuntunnya untuk menanami sebuah pohon Agar esok lusa tumbuh menjadi rindang Pada akhirnya dipertemukan tanpa mesti mencari justru terasa

Kupu-kupu di pucuk ilalang Memadu kasih sinar mentari pagi Kini kemarau tak lagi di singgasananya Menunduk lesu diserap oleh waktu Simpang Mamplam, 13 Februari 2018

Elok nian di pelupuk mata Steepshot | IPFS | Google Play

Ada sebuah puisi yang aku suka, penggunaan bahasanya sangat sederhana, namun mengena di hati. Puisi itu berjudul "Aku Ingin", karya Eyang Sapardi Djoko Damono yang diciptakan pada tahun 1989.

Hari ini aku memotret Marleni bersama anaknya yang bernama Didi.

Kini matahari telah kembali keperaduannya. Ia pun memberiku sebuah sajak, agar kubacakan seketika purnama kedua belas menyembul di balik sisik awan februari. Steepshot | IPFS | Google Play

Cinta dalam diam ialah empat belas huruf yang hanya diketahui hati. Awalnya bermekar indah, namun melayu seketika diterjang kemarau itu. Lhokseumawe, 26 Januari 2018 Steepshot | IPFS | Google Play

Baiklah, kawan. Kali ini aku ingin mem-posting sebuah sajak fenomenal bertajuk "Hujan Bulan Juni", karya Pak Sapardi Djoko Damono. Jujur saja, aku sangat menyukai sajak ini. Walau gaya bahasanya

Namanya Hayati. Dulu ketika masih kecil, ia tak ubahnya perempuan bak seorang lelaki. Saban hari bermain ketapel, ditembakinya sapi-sapi bantuan pemerintah milik tetangga, berburu serangga di padang ilalang,

Kawan, tunggulah sekejap Masih ada sesuatu yang sering luput dariku Biarkan aku di sini, memandang sinar eloknya sinar yang merekah tiada terbilang bak purnama kedua belas itu Simpang Mamplam, 13 Februari

Menulis adalah caraku untuk mengekspresikan diri. Saban hari aku selalu menyempatkan waktu untuk menulis. Aku paling gemar menyajikan suatu kisah dengan permainan kata-kata melalui notebook buntut milikku.

Malam di beranda rumah, aku bercumbu mesra bersama lima huruf yang bernama sunyi. Agar tak terkesan melankolis, secangkir kopi hitam pekat mengetuk dengan aroma terindah. Seketika itu, daya pikir menyembul

Entah mengapa rasanya aku ingin menulis tentang suatu perasaan yang lazim dialami oleh manusia. Wujudnya terbentuk dari 14 huruf, bisa membuat pelakunya berbunga-bunga bahkan sesak di dada: Cinta dalam

Dulu wahyu kecil pernah bercita-cita ingin menjadi seorang nahkoda. Sebab ia sering diajak oleh ayahnya berkelana mengarungi separuh nusantara. Seiring waktu berdendang, kini wahyu sudah tumbuh besar.

Sumber foto: Ketika pohon itu berdiri gagah mengagumkan bahkan rimbunnya membuat dirimu teduh, hati selalu ingin bersamanya. Ketika pohon itu mulai menandakan ketidak kekokohan, engkau justru meninggalkannya.