rohyatisofjan

  /Teringat sawahku     (I)   Aku hanya seorang petani, kataku pada pria tambun    yang hendak meminang sawah dengan wajah tak ramah.  Dan aku hidup menghidupi

Maka jangan kau percaya biodata seseorang semata,  kau akan beroleh alur tak terduga;  gairah panjang dari jagat kemungkinan.  Seseorang yang mengenalmu dengan sukacita   akan meriwayatkan

Jika kau tanya bagaimana wajah kampungku kala hujan menghunjam  jantung Februari. Segalanya mendung semata, sejauh pandang  kau akan menemu batas kelabu tak terhingga.  Demikianlah hujan

Di kehidupanku yang tenteram, malam memampangkan cadar  dari gerhana bulan total yang perlahan memudar.  Warna terang sepotong kue bundar keperakan selepas magrib  kian membesar, dan membesar;

Jangan tanya aku akan jalan.  Sebab aku tersesat . Dikelak-kelok lorong kegelapan.  Mengembara dalam labirin tak bertepi.  Meninggalkan gema tawa yang giris.  Di antara cecaran gerimis.

Di dada lelaki ada debur kehangatan atau hati yang kelelewar siap mencabik jiwa perempuan? Di bibir lelaki ada janji yang diucapkan sekadar basa-basi atau suatu keharusan? Di mata lelaki ada api kehidupan