Tanpa sengaja, suatu hari saya berpikir untuk pensiun dari tugas jurnalistik. Pensiun di sini bukan tamat riwayat dalam dunia yang saya anggap bersahaja. Meskipun tak mendapat banyak uang apalagi kaya, wawasan dan pergaulan juga ilmu sesuatu yang tak bisa dihitung dengan materi. Hal ini pernah saya lemparkan pada Reza Fahlevi pemilik akun @rezafahlevi di steemit dan @habilrazali29.
Yang saya tegaskan, pensiun di sini adalah mengasingkan diri dari dunia cari muka-sebagai kamerwan televisi tentunya- sudah sangat gaek walaupun tak dibilang tua untuk bersaing dengan para penerus yang tentunya lebih siap dalam meliput di lapangan.
Namun, jika dipikir-pikir masih banyak pengalaman dan tugas yang belum tercapai. Hingga usia mendkati 50 tahun, belum ada satu pun kasus yang terbongkar, sehingga saya pun bertekad menunda pensiun. Tapi apakah mampu membongkar dalam kondisi sudah tak prima.
Setelah dipikir ulang, pensiun liputan lapangan bukan lari dari dunia jurnalistik. Tetap berbakti dalam dunia jurnalistik walaupun tak sepiawai yang lainnya, yang pasti menularkan ilmu liputan profesional adalah sebuah tugas yang tidak harus dikubur.
Namun. di sisi lain. Kadang ada anekdot, jika terus meliput dengan bantuan tripod atau kaki kamare, jangan sampai nantinya tripod berfungsi sebagai tongkat kamarawan bukan kamera seperti biasa.
