Celakanya mati lampu. Sehingga aku harus mengeram sebuah tulisan yang menurutku sangat cocok untuk kuposting malam ini. Akhirnya tak jadi kulempar dalam steemit ini.
Padahal aku tahu dia sedang menunggu tulisanku. Puisi rencananya. Dengan kata-kata yang menyerupai seikat bunga untuk kuberikan padanya. Baru hendak memulai menulis, lampu tewas. Maka gelaplah semua keinginanku.
Aku takut puisiku gelap pula. Kemudian jika juga kupaksa, jadinya dia akan meraba-raba.
Let ku ih. Bagaimana tidak meraba-raba jika yang kutulis misalnya begini rupa.
"Oh adinda
Membayangkanmu dalam gelap, Wajahmu seperti panyet semprong hasep minyeuk gah
Menyala lemah lembut
Namun bagiku tetap indah".
Bukankah ini tidak jelas. Maka tak jadi lagi kutulis.Ya sudahlah. Kunikmati saja apa yang terlintas di kepalaku dalam gelap.
Bulee bohku ih, seekor kucing masuk ke kamar. Hanya matanya yang jelas terlihat tajam. Seperti dua cahaya kelereng yang sedang terbang. Aku berteriak mungkin terdengar seperti pembacaan sebuah puisi lepas. Di balik itu terdengar ada yang mengucapkan" puisi bagus!" Akhirnya kuplueng cot iku.
Image by pixabay
