This content was deleted by the author. You can see it from Blockchain History logs.

Stop Mengistilahkan "Anu" dengan Apam

image

SIAPA yang tak kenal dengan makanan khas yang berasal dari kota Pidie ini. Sebuah makanan yang bentuknya mirip dengan bentuk tudung jamur; bulat dan berpori. Enak disantap baik disiang hari maupun dimalam hari. Apalagi ditambah dengan segelas es air tebu. Nama makanan tersebut adalah Apam.

Ya, Apam menjadi sangat populer belakangan ini. Namun, bukanlah karena unsur rasa atau kelezatannya yang membuat makanan tersebut menjadi terkenal dan sangat populer. Melainkan karena namanya Apam, yang hari ini sudah dipersepsikan dan diasosiasikan dengan (maaf) organ seksual wanita. Ini berkaitan dengan kasus yang baru-baru ini terjadi.

Seperti yang kita tahu bersama, dalam beberapa pekan terakhir ini bumi Aceh sedang dilanda “musibah”. Musibah bagi kelangsungan atau penegakan hukum syariat Islam. Musibah ini berawal dari adanya penemuan sejumlah perempuan muda yang terindikasi memiliki aktivitas dagang malam –berjualan dimana laba didapat barang tinggal.

Sejumlah pihak menuntut perempuan muda tersebut untuk diberikan sanksi dalam bentuk cambuk, karena jelas sekali mereka sudah menodai syariat Islam. Lagian, apa yang mereka lakukan memang sangat tidak sesuai dengan konteks Aceh yang kental dengan ruh Islam.

image

Namun, bukannya diberikan sanksi, beberapa dari perempuan tersebut malah dibebaskan, dengan alasan pihak keamanan tidak memiliki cukup bukti. Padahal menurut kabar, perempuan penjaja dagangan malam tersebut sudah mengakui akan siapa yang menjadi pelanggannya. Dan (mungkin saja) sudah dijelaskan pula akan bagaimana para pelanggan tersebut menyantap makanan dagangan mereka.

Akan tetapi, yang sangat disayangkan, buntut dari kasus tersebut adalah terdiskreditnya makanan kuliner khas Pidie, Apam, gegara banyak masyarakat yang mengasosiakan bahwa perempuan tersebut menjaja makanan yang dinamakan Apam. Apam yang dimaksudkan oleh banyak masyarakat disini adalah objek tubuh yang dijual oleh perempuan-perempuan tersebut. (Masih bingung dan terasa agak sulit mencari kata yang halus untuk menjelas objek tersebut)

Sehingga hari ini, dimana-mana, jika kata Apam disebutkan maka yang terbayang dipikiran masyarakat kini bukanlah makanan kuliner khas Pidie yang berbentuk mirip dengan jamur (bulat dan berpori) itu, melainkan sudah dikonotasikan kepada objek itu –yang hanya ada pada perempuan.
Kenyataan ini tentu sangatlah kita sayangkan, apalagi mengingat tak lama lagi Pidie akan mengadakan acara festival Apam. Saya menduga, nanti akan ada banyak masyarakat yang berpikiran jenaka –menghindari penyebutan kata ‘jorok’-- saat menikmati Apam.

Maka dari itu, sebagai warga Pidie, saya menyarankan mulai detik ini cukuplah sudah kita mengejek para penjaja dagang malam tersebut dengan istilah penjaja Apam. Dan berhentilah untuk mengasosiasikan Apam kepada “barang” yang hanya dimiliki oleh kaum Hawa tersebut. Jangan sampai nanti anak kecil yang masih lugu-lugu itu berpikir bahwa yang namanya Apam bukanlah makanan khas Pidie, melainkan yang dikatakan Apam adalah anu. Itu, anu, yang dimiliki oleh mereka yang berambut panjang dan tak berjakun. #nyanban

image

image


Jumat, 20 April 2018 || @emsyawall