Takdir SebuahTulisan: Dilarang Upvote!

Tulisan yang digarap dengan sungguh-sungguh karena ingin berbagi kisah dengan sahabat, jauh lebih bermartabat dibandingkan ocehan pejabat pada sebuah forum abal-abal.

IMG_20170704_143155.jpg

Di steemit, kita sering menjumpai komentar yang isinya menyebalkan. Misalnya, "saya sudah upvote, jangan lupa follow atau upvote balik ya"; "nice post"; "amazing"; "mantap" atau komentar klise serupa yang dulunya bertebaran di forum-forum diskusi internet, sebutlah komentar semacam "pertamax" yang oleh Pertamina kemudian disulap jadi nama bahan bakar mesin.

Komentar demikian memang tidaklah salah, hanya saja kurang sopan. Si pemberi komentar demikian terkesan cari muka atau dalam istilah steemian "makmur", mereka sedang mengemis vote. Setiap orang butuh perhatian, butuh dukungan dan kemurahan hati orang-orang kaya. Namun, tabiat demikian sama saja dengan merendahkan diri dan membuat orang memandang kita dengan sinis.

Bagi saya, mereka yang berharap vote dari orang-orang kaya membuktikan bahwa mereka tidak percaya dengan takdir tulisannya sendiri. Padahal, berulangkali saya sampaikan bahwa tulisan yang bagus itu akan menemukan takdirnya sendiri. Pertanyaannya, masihkah kita tidak yakin dengan kualitas tulisan kita sendiri?

Saya menganggap menulis di Steemit ini sama seperti kita mengirim tulisan ke sebuah media di mana ada teman kita yang bekerja di media itu. Kita berharap pertemanan kita dengan sang kawan yang bekerja di media itu akan meloloskan tulisan kita dari seleksi ketat redaksi. Padahal, dapur redaksi sebuah media tidaklah bekerja dengan mekanisme seperti itu.

Teman kita yang bekerja di media memiliki banyak pertimbangan ketika memutuskan memuat sebuah tulisan. Dia tidak bakal memuat tulisan hanya karena pengirim tulisan itu temannya sendiri. Faktor kualitas dan aktualitas tulisanlah yang bakal diperhatikan. Sebab, dia tak akan mengorbankan integritasnya sendiri dengan memuat tulisan berkualitas rendah milik temannya. Beda soal jika tulisan itu benar-benar bagus dan layak.

IMG_20180121_162617_HHT.jpg

Begitu pula di steemit. Seorang teman yang punya power steem lebih tinggi pasti tidak akan sembarangan meng-upvote tulisan kita, kecuali sekali-duakali karena kasihan. Sebelum memutuskan meng-upvote sebuah tulisan, mereka yang memiliki banyak 'darah' (baca: power) pasti akan membaca dulu secara seksama tulisan yang akan di-upvote. Sebab, mereka tak mau voting power berkurang sia-sia. Belum lagi mereka yang menerima delegasi steem power, pasti akan lebih berhati-hati. Pasalnya, power steem yang mereka terima tidak diperuntukkan meng-upvote tulisan berkualitas rendah. Saya pikir begitulah mereka bekerja.

Karena itu, belajarlah menulis sesuatu dengan baik. Kita biasanya punya informasi yang sangat bagus, tapi karena cara penyajian yang tidak menarik, orang-orang tidak berminat membaca apalagi menghargai penulisnya dengan upvote.

Ingatlah, hanya informasi (tulisan) yang dikemas dengan baiklah yang bakal mendapatkan perhatian lebih dari pembaca. Untuk tulisan demikian, kita tak perlu mengemis upvote! Karena apa? Vote akan datang dengan sendirinya, karena orang tak akan membiarkan tulisan bagus berlalu begitu saja dari beranda-nya tanpa melakukan apa-apa (vote dan memberi komentar).

Tulisan yang dikemas dengan apik itu jauh lebih berguna dari ocehan seorang pejabat dalam sebuah forum abal-abal yang cuma sekadar menghabiskan anggaran akhir tahun. Si pemilik tulisan tidak perlu mengemis upvote, dan mereka yang meng-upvote pun bukan karena kasihan. Tulisan bagus layak mendapatkan apresiasi (dan juga reward)

Kalian pembaca pun jangan terkecoh, tulisan ini pun tidaklah sebagus seperti yang penulis harapkan. Karena itu, dengan segenap permintaan, saya berani katakan: JANGAN UPVOTE TULISAN INI!

IMG_20161014_215022.jpg

H2
H3
H4
3 columns
2 columns
1 column
61 Comments
Ecency