Begitulah ungkapan seorang painter yang terjebak kesal karena berkali-kali cat yang di polesi nya di lantai berbekas tapak sepatu boot. itu bekas tapak mirip sepatu PDL TE EN IE ketika memburu buronan yang di anggap separatis di tanoh endatu. entah itu ungkapan ketakutan yang berlebih-lebihan menyikapi fenomena konflik sehingga ter-print sebuah surat peringatan atas kekesalan oleh tapak sepatu boot itu.
entah, aku kurang paham. Yang jelas, peringatan seperti yang melekat di secarik kertas putih itu, aku pikir adalah puncak kekesalan yang mendalam. Bayangkan saja, standard bahasa yang di gunakan di kapal memakai bahasa inggris, lah tulisan merah kapital pula menjadi heading, siapa yang ngerti??
Kertas itu terpacak di pagar tangga, di tempel pada mark line dengan paper tape. Melambai disapu angin, membuat mata mereka siapa saja sepintas lewat melirik ketika berpas-pasan. Aku yakin mereka akan mengerutkan kening ketika membaca itu.
Ya, painter itu aku, pagi ini dapat tugas mengecat di deck kapal. Area itu tepat di depan pintu change room. Pintu ini jadi pintu utama akses keluar masuk. Jadi agak sedikit traffic di daerah sini. Kadang crew keluar dari pintu tersebut tidak memperhatikan langkahnya, geudubab!! Saja kakinya melangkah tanpa rasa bersalah. Jadilah lantai yang cat nya masih basah itu berbekas tapak.
Aku kesal, kesal pada kaki yang asal-asalan melangkah itu. tidak memperhatikan sekitar. Tidak merasa apa begitu panjangnya proses pengerjaan hingga sampai titik untuk di cat. Dari mulai ciphing, brushing kemudian di bersihkan. Lalu empunya kaki dengan santai menapakkan kaki kemudian berlalu menghilang. celakalah kaki-kaki itu. Bak buduk cilaka ceumukam!
Ketika itu tapak boot mendarat, aku tak berada di tempat. Tak ketahuan siapa pemiliknya. Yang jelas ketika saya tiba disitu sudah berbecak beberapa jejak boot. Putangina!. Kalau jejak kerbau jelas di sore hari pulang kandang melewati pesisir pantai jilbab di gampong lampoh U.
Tidak ada bedanya dengan verdomme! yang sering di lafazkan oleh mulut-mulut hajam compani itu. Maka, saya sering menggunakan kata pp leumoe* untuk menyaingi carut mereka.
